Salah Masuk Kamar Adik Iparku Yang Cantik – Part 11

Begitu mobil ku parkir, aku diam saja. Sekedar hanya pancingan doang sih sebenarnya.

Rupanya…. Azizah menangkap mata umpan pada pancinganku ini, dan sepertinya ia mengerti, malah sangat mengerti maksudku. Kini tangannya menyelusup masuk dan mengocok si kodir brekele dengan cepat.

Nikmat banget sih sebenarnya. Dan sebenarnya pula, aku masih enggan buat berhenti dari kegiatan kocok mengocoknya itu. Cuma sekarang bukan saatnya menikmati hanya sekedar kocokan semata. Saat ini waktunya buat memberinya pembalasan.

Maka dari itu, segera saja ku tarik lengan Azizah keluar dari dalam celana. Dan ku geser posisiku ke samping, setelahnya ku tarik tuas di jok samping agar posisi jok adik iparku ini langsung terjatuh ke bawah, membuat posisinya ikut kebawah, dan kini ia sudah rebahan. Telah siap buat ku geranyangi tubuhnya malam ini.

“Kak Ar ihhhh, Hhhhhh… Apa-apaan sih kak?”

Tanpa mengindahkan protesnya, aku lantas menaikkan gamis terusannya ke atas, dan menunjukkan celana dalamnya. Sedangkan hijab beserta khimarnya ku biarkan saja di situ tanpa ingin menanggalkannya. Sepertinya asyik nih, menyetubuhi akhwat bercadar dengan penampilan lengkapnya seperti ini. Birahiku semakin terbakar, mengingat imaginasiku semakin dan semakin liar saja.

Sejurus kemudian, ku tarik dengan cepat celana dalamnya. Aku berpindah ke samping dengan melangkahi consule box di tengah-tengah. Memang agak sempit sih tempatnya, tapi tidak mengurangi kecepatan gerakanku untuk menaklukkan akhwat ini.

Setelah berada di atasnya, ku tarik mengangkang sepasang pahanya, lalu ku turunkan sedikit celana pendek berbahan spandekku ini, hingga keluar lah ‘penisku yang ku beri nama Kodir’.

Dia senang bernganu-nganu, sambil bergoyang-goyang.

Kodir…. guk guk guk.

Mengacung…. guk guk guk.

Ayo kita kentu.

Loh he? Kok malah nyanyi lagu anjing kecil sih? Hahaha, oke skip.

Selanjutnya, kutempelkan penisku yang telah tegang maksimal di bibir vaginanya. “Ada permintaan terakhir sebelum ku hajar memekmu, adik iparku sayang?” tanyaku menggeram.

Azizah malah lantas menatapku dengan tatapan penuh kehasuan ingin di hajar, sembari menggigit bibir bawahnya. Suasana yang singkat ini sangat didominasi oleh birahi. Dapat ku lihat lendir yang mengkilap dan mengintip dari celah garis kelaminnya.

“Hajar ajaahhhhhh memek adik iparmu ini kak…. gak usah banyak ngom…… Aaaakkhhh……”

Zlebb….!!!

Ku tancapkan sesegera mungkin batangku sebelum Azizah menyelesaikan kata-katanya. Matanya melotot memandangku dan bibirnya tergigit. Aku tidak peduli apakah vaginanya sudah licin atau belum. Yang aku tahu, aku telah dilecehkan dari siang hingga malam ini, dan aku punya dendam yang harus diselesaikan. Segera ku serang Azizah dengan cepat.

“Oohhhhh…. Ahhh…. Ahhh…… Ahhhh….. akhirnya…. ohhh akhirnya, adek bisa lagi ngerasain kontol kakak……”

Azizah meracau seiring genjotanku dengan cepat. Misi ini adalah misi balas dendam, bukan misi bercinta atau misi memuaskan. Aku tidak berniat orgasme kali ini, karena tujuanku hanya satu, yaitu Azizah harus tahu rasanya disiksa oleh birahi yang tak terpuaskan. Ku arahkan jempol dan telunjuk kananku di vaginanya yang semakin becek. Perlahan ku pilin klitorinya dengan gerakan memutar.

Azizah melengkung dan melolong,

“Aaaaooookkkhhhh…. Arrrrhhhgggg…… Mantthaaapppp……. kakakkkkshhhh…. Ooohhhhhh”

Bentuk pakaiannya semakin tidak karuan. Ku percepat genjotanku seiring himpitan celah vaginanya yang semakin kencang. Azizah melilitkan kakinya di pinggangku pertanda orgasmenya akan datang. Luar biasa, padahal belum dua menit aku menggarapnya. Mulutnya menganga dan matanya terpejam rapat tanda jika ia sedang berada di ambang gerbang orgasmenya. Ku pilin lagi klitorisnya kali ini disertai cubitan ringan.

“Kakkkshhh Arrrrr…… Aku mau dapppetttthhhh……”

Azizah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kencang. Dan ketika tubuhnya mulai tersentak, dengan cepat ku cabut senjataku.

Plop

“Kaaaaakkkkkkkkkkkkkshhhhh…. Ahhhhhhhhh….!!!!!!”

“Ahhhhh…. Ahhhhhhhhhhh….. nyangkutttttttshhh” Tubuh Azizah menggelepar-gelepar seperti cacing kepanasan. Kalian bisa membayangkan bukan, bagaimana kondisi adik iparku ini, di saat sedikit lagi, nyaris mencapai orgasmenya, tiba-tiba aku menghentikan. Malah parahnya, aku mencabut kemaluanku dari liang basahnya itu.

Bukan hanya itu saja….

Aku pun segera bangkit dan langsung melompat ke samping, ke jok kemudi, di iringi tatapan nafsu, tubuh yang masih menggelepar adik iparku ini.

Tapi, aku mengacuhkan.

Rasakan pembalasanku.

Dengan santai ku masukkan penisku dan menarik celanaku.

Beres.

“Ayo kita lanjut…. Ntar mereka bakal curiga kalo kita lama-lama di sini” kataku melirik ke Azizah. Namun entah mengapa mukanya begitu menakutkan. Nafsunya yang hampir meledak tertahan di ubun-ubunnya. Dia seakan-akan ingin melahapku hidup-hidup. Tapi sekali lagi aku cuek saja menanggapi tatapan amarahnya itu.

“Bangkek kamu, kak…. bangsadh kamu kak”

“Hush. Kamu ini, bercadar tapi mulutnya malah kayak habis ngunyah cabe sebaskom. Haha” kelakarku.

Tapi rupanya, aku belum siap di saat serangan tiba-tiba datang dari adik iparku ini. Tangannya secepat kilat menurunkan celanaku beserta celana dalamku hingga penisku yang masih tegang mencuat keluar.

Bukan hanya itu saja, seakan tercucuk hidungku seperti kerbau saja, tak mampu melakukan apa-apa, tiba-tiba Azizah sudah berpindah melewati consule box dan segera memposisikan dirinya di atasku sembari mengangkang.

“Wow…. apaan nih…” seruku kaget karena tidak menyangka aksi adik iparku ini sangatlah cepat dan bringas.

Secepat kilat Azizah menunggangiku dan mengarahkan celahnya ke senjataku yang memang masih menegang maksimal. Tanpa banyak suara langsung ditekannya pantatnya turun.

“Oooohhhhhh……….. kaaakkk” desah Azizah sambil menggigit bibir bawahnya seiring merengseknya batangku ke dalam celahnya yang telah sangat becek.

Azizah menggoyang-goyangkan pantatnya dengan liar di atas tubuhku. Karena tempatku saat ini amatlah sangat sempit, pada akhirnya tangan kananku dengan sendirinya bergerak untuk menarik tuas, agar jok ke belakang, serta langsung terebahkan ke belakang beserta tubuhku.

Mau tidak mau perasaan dendam tadi berubah menjadi perasaan nikmat. Aku mengaku kalah pada syahwat yang menguasai kami malam ini.

Azizah terus bergerak sambil terus meracau. Ku telusupkan tanganku ke dalam gamisnya. Dadanya masih tertutupkan Bra. Aku sengaja tidak membuka branya, hanya menyampirkan begitu saja hingga jariku bebas untuk melakukan apa saja di dalam sana.

Ku plintir kedua putingnya hingga Azizah kelojotan. Dia orgasme.

“Arrrrhhhhh…. Aaaakkkkhhhhh……. akhirnyyaaaaaaa Dapppeettthhhhhhhh juga…. Ooohhhhh…..”

Azizah tumbang di atas tubuhku tapi tetap menggoyangkan pantatnya. Goyangannya sangat nikmat hingga ku rasa orgasme yang tadi tidak ku impikan kini semakin mendekat. Ku peluk tubuhnya lalu ku sodok dengan gerakan sangat cepat dari bawah.

“Aaahhhhhhh………. Ennnaakkkkhhhhh…….”

Suara tungkai dan paha kami yang beradu kencang memenuhi kabin dalam mobil.

Aku juga sangat menikmati penampilan wanita yang menunggangiku ini. Karena wajahnya hanya menunjukkan di bagian mata saja, serta kepalanya masih berkerudung, membuat sensasi yang berbeda dan baru kali pertama ini ku rasakan kenikmatannya yang benar-benar amat sangatlah dahsyat.

Azizah menjambak rambutku tetapi itu tidak membuatku mengendurkan kecepatanku. Ku konsentrasikan pernafasanku di dada dengan tempo pernafasan yang cepat. Cara ini bisa mempermudahku orgasme.

“Arrrrhhhhh…. Uuuuuuuggghhhhhh…. kakkkshhh adekkk mau dapppettt lagggiiiiihhh……”

Namun…..

Bangkeeee….

Siallll….

Tiba-tiba saja semuanya berhenti senyap di saat dari kejauhan sana, aku melihat adanya cahaya yang ku tebak adalah senter. Itu artinya ada orang yang bakal melewati mobil ini. Apalagi jika mereka menyenter ke arah mobil, sudah pasti persetubuhanku ini bakal ketahuan oleh mereka.

Dengan sigap dan secara spontan, aku memaksa agar Azizah melepaskanku. “Ada orang di depan sana dek. Buruan ke samping” begitu ujarku.

Dan mau tak mau, Azizah pun segera mengikuti perintahku. Melompat secepat kilat ke samping, lalu memperbaiki gamisnya yang sempat aut-autan.

Ahhhhhh….

Lagi-lagi aku gagal orgasme malam ini.

Dan setelah semuanya beres, serta orang-orang yang mengenakan senter mulai mendekat, mulai mengarahkan cahaya senternya ke arah mobil, akupun menjalankan mobil dan serta menyalakan lampu, hinga lampu mobil dan lampu senter saling beradu. Itu artinya, pandangan mereka akan silau dan tak akan mampu mengenali siapa orang yang berada di dalam.

Ku jalankan sesegera mungkin mobil untuk secepatnya meninggalkan tempat ini.

Azizah di sebelahku, hanya nyengir saja, ahhh, dia mah enak, udah orgasme meski hanya sekali saja. Lah aku? Gagal maning… gagal maning.

Harapanku cuma satu. Aku tak boleh lagi ceroboh seperti tadi, biar kejadian salah sasaran tak akan terjadi untuk kali ketiga.

“Hampir saja ketahuan ya kak”

“I… iya” balasku masih mencoba meredakan birahiku.

“Maaf ya. Kakak belum ya?”

“Iya, tapi gak usah di pikirkan”

“Hehehe, iya deh. Tapi, kalo kakak mau lanjutkan hayo. Mau dimana, adek bakal ikut.”

Aku menggelengkan kepala, “Gak usah dek. Ini adalah peringatan buat kita. Jika kita berdua masih nekat maka percayalah, akan ada kejadian yang tak akan kita kira nantinya, atau mungkin saja, kita berdua bakal ketangkep sedang asyik masyuk ama warga. Kalo sudah begitu, kita gak bakal bisa lari dari amukan keluarga juga bukan?”

“Iya sih kak”

“Makanya, kamu itu jangan pernah mancing-mancing lagi deh. Kan bukannya di telfon, kamu sudah ingetin kakak buat jangan berbuat aneh-aneh selama di sini, lah, justru kamu sendiri yang melanggarnya, kamu sendiri yang sejak siang tadi memancing kakak buat melakukan hal tersebut”

“Habisnya. Hihihi, adek gak tahan pengen ngerasain di setubuhin ama kakak lagi, ayah kandung anakku di dalam sana.”

“Fiuh. Iya sih, sejujurnya kakak juga kangen pengen gituan terus ama kamu, tapi kan, emang kondisinya lagi tidak memungkinkan banget”

“Hmm, kak, kalo kakak mau, besok kita keluar pagi-pagi yuk. Cari alasan apa kek biar kita shorttime aja. Gimana?”

“Kamu ini. Bener-bener deh liar banget” ujarku yang masih fokus menyetir, sembari tangan kiriku lantas mengusap kepala berkerudungnya itu.

“Hanya sama kakak aja Azizah kayak gini, sumpah Demi Allah. Bahkan ke bang Rafiq aja Azizah gak kayak gini” balasnya menunduk. Aku merasa bersalah telah mengatakan hal itu padanya.

Maka aku semakin mengusap kepala adik iparku ini seraya mengatakan, “Iya dek. Kakak percaya, dan alhamdulillah, serta terima kasih, karena sudah seperti ini ke kakak”

“Iya kak. Karena Azizah sayang banget ma kak Ar”

“Sama”

Azizah lantas melepaskan tanganku, dan menoleh menatapku. “Kakak mencintai Zizah?”

Aku mengangguk. “Sangat mencintaimu”

“Kak. Kalo kita nikah sirih gimana?”

Waduh!

“Gila kamu… janganlah. Entar ketahuan malah tambah parah dek”

“Hehe, dari pada kita berzinah melulu kayak gini, kan nikah sirih buat menjauhkan kita berdua dari perbuatan zinah”

“Kalo mau jauh dari zinah, yah harus berhenti melakukan kegilaan ini, dek” balasku.

“Emang kakak ikhlas menghentikan ini semua?”

Aku lantas menoleh sebentar padanya, entah mengapa, secara spontan kepalaku menggeleng. “Kakak gak mau menghentikannya. Kakak mencintaimu” ungkapku dengan sungguh-sungguh.

“Makasih banyak kakak. Sudah jujur ke adek”

“Jadi menurut kakak, mending kita kayak gini dulu, sampai nanti. Kita juga gak tahu kedepannya kayak gimana kan?”

“Iya sih”

Kami saling senyum, saling bersitatap sesekali, kemudian tangannya ku raih untuk ku genggam dan kembali fokus buat nyetir.

Tak lama kemudian, adik iparku tiba-tiba bersuara.

“Btw, awas loh yah. Kalo kakak sampai apa-apain kak Nira gara-gara kejadian kirim foto penis kakak. Haha”

“Aish di bahas lagi”

“Habisnya kakak ceroboh sih.”

“Kamu dan sudari kembarmu itu sama. Sama-sama biang kerok. Coba aja kamu gak usilin kakak siang tadi di lotte mart, serta kakakmu si Azita juga tidak menolak ajakan ngewe dari kakak sejak kemarin, pasti gak bakal ada kejadian kayak tadi”

“Yah maaf deh. Gak sengaja” balas adik iparku lagi sambil terdengar cengengesannya dari balik khimarnya.

“Apanya yang gak sengaja.”

Dan akhirnya kami berdua tertawa bersamaan, sesaat sebelum tempat beli martabak dan beberapa pesanan lainnya sudah tampak di depan sana.

Azizah lah yang turun buat beli semua pesanan. Sedangkan aku hanya menunggu di mobil sambil bermain game pada ponseku.

“Udah?” tanyaku saat Azizah sudah kembali dan membawa beberapa kantongan kresek.

“Udah tuh” balasnya sembari menunjukkan belanjaannya padaku.

Baru juga ingin ku jalankan mobil, tiba-tiba ponselku bergetar.

Ada pesan masuk.

Rupanya pesan WA dari istriku.

“Kok lama banget beli makannya ayah? Udah lapar nih”

Tepok jidat. Dengan cepat ku balas pesan istriku. “Sabar napa bun… ini baru kelar, udah mau jalan pulang”

Selesai itu ku taruh HP ku kembali di samping begitu aja.

“Siapa kak?” tanya Azizah.

“Azita. Nanyain kok lama banget”

“Untung tadi kita gak lanjut ngewe ya. Hahaha, kalo ladenin nafsu kak Ar, gak bakal cepat. Bakal makin lama lagi kita pulangnya” balas Azizah.

“Iya sih”

“Tapi… uh emang bener-bener kak Ar perkasa banget. Kalah jauh ama suami adek. Jadi pengen tukar suami aja ama kak Azita”

“Dasar ngawur. Kakak yang gak mau istri kakak jadi ama Rafiq. Enak aja”

“Hahahaha…. Tapi, untuk setubuhi istri Rafiq, tentu saja keharusan bagiku juga” ku lanjutkan ucapanku, sembari tersenyum dan mengecup kening wanita ini dengan penuh sayang.

“Trus kalo istri kakak di setubuhi ama suami adek, gimana?”

“Gak. Kakak gak mau. Maklum, ego laki-laki lebih tinggi dari ego perempuan, dek”

“Dasar. Mau menang sendiri”

“Biarin….”

“Tapi… kalo….” belum juga adik iparku melanjutkan ucapannya, aku menyela.

“Jauhkan pemikiranmu buat tukar pasangan, atau sejenisnya. Kakak tidak mau berbagi wanita kakak dengan laki-laki lain. Titik. Bahkan nih yah, kalo kakak punya kemampuan, kakak bakal meminta kamu dari tangan Rafiq biar jadi bini kakak juga, tapi kan itu mustahil terjadi.”

“Iya sih kak. Yahh begitulah laki-laki”

“Sama dengan Rafiq. Mana mau dia, kalo bininya ada yang setubuhi. Kalo dia sampai tahu apa yang kita perbuat, mungkin saja dia bakal ambil samurai lalu membelah dua tubuh kita berdua. Hahahaha”

Akhirnya adik iparku tertawa mendengar candaan recehku barusan.

“Yuk ah… kita lanjut jalan” kataku saat kami berhenti tertawa.

“Ya udah ayo kak”

Akhirnya aku pun menjalankan mobil pulang ke rumah dengan perasaan yang sekali lagi kembali ‘Kentang’. tepok jidat. Satu niatan tercipta dalam pikiran ini, malam ini, aku harus menuntaskan birahiku. Aku harus keluarkan spermaku, entah dengan bantuan istri atau dengan tanganku sendiri. Pokoknya aku harus dan harus mengeluarkannya malam ini juga. Titik.

Aku benar-benar lagi dalam kondisi on fire banget bro. Bagaimana tidak, sejak berakhirnya bulan Ramadhan, istri masih belum memberikan pelayanan padaku untuk memanjakan si otong. Lalu, saat tiba di Bandung, sejak siang tadi adik iparku malah menyiksa, mempermainkanku, usilnya bahkan tak ia tuntaskan karena memang waktu dan kondisi yang tak memungkinkan. Penyiksaanku belum berakhir. Tambahan siksaan dari si biang kerok Azizah ini, kembali terjadi dua jam’an yang lalu waktu aku bersamanya membeli cemilan malam hari buat mereka bertiga yang masih pengen nongkrong malam ini untuk mengobrol sampai larut.

Jadi saat aku tiba bersama Azizah di rumah tadi, mereka bertiga malah berlanjut ngobrolnya. Yang anehnya, istriku benar-benar tak terbuka otaknya untuk berfikir, apakah suaminya tersiksa apa tidak sih. Masa iya, dia tak sadar-sadar juga padahal ada satu kejadian sore tadi yang membuat kami berdua malu karena menjadi bulan-bulanan bullyan keluarga tepat di meja makan pula. Itupun karena satu penyebab, yaitu aku lagi terbakar.

Lalu sekarang….

Bagaimana caraku untuk menuntaskannya?

Errrrr! Aku sampai menggertakkan gigi ini saking kesalnya aku atas kelakuan istriku yang tidak ngerti-ngerti juga dengan kondisi suaminya. Aku juga sudah dua kali mengirimnya pesan yang telah ku pastikan dari kejauhan jika istriku yang memegang ponselnya – karena kebetulan aku masih ada di ruang tamu bersama Rafiq, mengobrol juga sambil ngudud – mengajak istriku untuk segera berasyik masyuk. Mungkin quickie adalah jalan yang tepat bagiku, tapi lagi-lagi istriku meresponnya dengan emoticon ketawa ‘doank’. Kan sue namanya kalo udah gitu. Punya bini tak pengertian gini rasa-rasanya pengen aku ganti saja deh. Ups! Maaf, bercanda.

Setelah aku tak lagi punya selera untuk meladeni obrolan Rafiq, maka ku pungkasi kebersamaanku dengannya, sembari izin buat lebih dulu tidur dengan alasan lelah habis menyetir tadi dari Jakarta ke Bandung.

“Sip bang.” Rafiq menjawab. Ia pun beranjak setelah aku beranjak dari sofa lebih dulu.

“Bun… ayah tidur duluan ya” suaraku agak mengeras, sembari menatapnya dengan tatapan yang penuh kekesalan.

“Iya yah. Bunda masih asyik ngobrol”

“Halah, paling lagi bergosip” balasku.

Setelahnya ku tinggalkan rumah utama menuju ke rumah di depan sana, yang berada di tengah.

Kebetulan putriku tidur di kamar kedua mertuaku, bukannya waktu untuk memanjakan si otong sekarang sudah pas banget kan? Tapi nyatanya istriku tidak menyadarinya.

Jadilah aku yang awalnya ingin bermarturbasi, baca – Coli di sofa dengan bantuan JAV, eh, tau-taunya aku malah ketiduran.

Waktu telah menunjukkan pukul 00.23 menit ketika aku terbangun. Aku akui, kadang kala kalo aku bener-bener sudah kelelahan, di tambah lagi pusing kepala karena menahan desakan birahi, membuatku tidak sadar kalau ternyata aku sudah tertidur. Aku juga salah satu orang yang mudah tidur dimana pun aku berada. Mau di sofa, mau di mobil kalo sudah ngantuk, kalo sudah ku pejamkan mata maka aku pasti langsung tertidur dengan nyenyaknya.

Aku pun lantas beranjak dari sofa untuk mengecheck keberadaan istriku.

Rupanya istriku sudah tertidur nyenyak di dalam kamar. Kenapa ia tak membangunkan tadi ya?

Aku niatnya ingin menggerayangi istriku sekarang, tapi, perutku langsung mengajakku untuk berantem di malam ini. Jadilah aku terdiam sesaat, mencoba menenangkan suara keriyukan di dalam sana. Dilema sih. Mau langsung gerayangi istri yang lagi tidur, atau mengisi perutku dulu biar tak menganggu konsentrasiku nanti saat ku setubuhi Azita di kamar.

Rupanya, perutku menang di banding si ‘Kodir Botaak’ yang kembali berontak di dalam celana pendekku.

Aku pun sesaat memutuskan untuk mencari makanan di dalam rumah utama, berharap masih ada makanan yang tersisa, dan juga berharap pintunya belum terkunci.

Rupanya pintu beneran tak di kunci. Bukan hanya itu, di saat aku membuka kulkas, ahhh! Betapa aku bersorak gembira karena masih banyak lauk yang tersisa di dalam sana. Yah sudah, aku pun segera menyiapkan untuk ku santap malam ini sebelum memulai ronde pertama bersama istri di kamar depan nantinya.

Beres makan, aku rencananya menyempatkan untuk menikmati sebatang udud di depan. Aku pun mencuci piring makanku, kemudian setelahnya aku melangkah keluar.

Aku memutuskan untuk merokok di samping mobil, yang juga kebetulan berdekatan dengan rumah pertama dari tiga rumah di depan. Yang adalah berada di samping rumah kak Nira.

Baru juga proses isapan pertama, bahkan belum ku keluarkan asapnya dari mulut, tiba-tiba telingaku menangkap suara yang tak lazim. Aku langsung menahan batuk karena hampir keselek asap rokok di dalam, karena ku takut suaraku ini di sadari oleh pemilik suara yang tak lazim itu. Perlahan aku menghembuskan asap keluar dari mulutku, terbang bebas ke angkasa, seperti bebasku malam ini yang bakal mendengar secara diam-diam apa yang terjadi sebenarnya di rumah pertama ini.

Namun sebelum itu, ku putar pandanganku ke sekitar. Benar-benar sepi melempem. Tak ada orang lagi di luar sini, pagar rumah juga sudah tertutup rapat di depan sana. Memang kalo di siang hari, suara samar tak lazim seperti ini sulit di dengar, tapi tidak di malam yang sepi ini.

Aku yakin, itu suara Nira. Siapa lagi yang tinggal di rumah pertama ini selain dia. Gak mungkin Azizah kan? Hahaha!

Pada akhirnya, setelah merasa aman untuk mencuri dengar apa yang sebenarnya terjadi. Ku pusatkan konsentrasiku pada pendengaranku hingga aku menyadari bahwa itu benar-benar adalah suara Nira yang sdang merintih.

Pada awalnya aku tidak berfikir yang aneh-aneh, karena suaminya ada di dalam juga.

Pasti mereka berdua lagi bersetubuh.

Aku hanya mengira Nira lagi di genjot malam ini sampai kelinjeran dan erangannya tak ia sadari sampai keluar dan di dengar si biang borokokok ini. The one and only, Ardan Widjaja. It’s me.

Tapi jika ia melakukannya di kamar, bukankah kamarnya justru berdekatan dengan dinding kamarku yang rumah di tengah? Dan harusnya juga suara rintihannya bisa teredam, tidak sampai jelas seperti ini ku dengar. Karena penasaran, aku bergeser lebih ke depan, hingga aku yakin kalau suara itu datang dari ruang tamunya Nira.

What the!

Mereka ngewenya di ruang tamu. Hahahaha. Seru-seru.

Aku memutuskan untuk lebih ke depan, dan di saat ingin melewati jendela di depan, aku menunduk, dan bergerak kayak katak yang lagi tengkurap, demi mendengar jelas rintihan dan erangan kakak iparku ini seperti apa. Haha!

Setelah tiba di depan pintu. Masih dengan posisi di bawah, dengan pelan, ku tempelkan telingaku di daun pintunya.

Degh….

Nira sedang mendesah, lebih tepatnya desahan kenikmatan. Aku semakin penasaran. Mana si Kodir brekele perlahan bangun, kembali tegangannya maksimal.

Aku harus bisa melihat ke dalam, apa yang sebenarnya terjadi.

Dasar yah! Ketika orang ingin berbuat tidak-tidak, ada aja jalan yang di berikan oleh sang pemilik takdir. Sama sepertiku. Kebetulan kaca rumahnya ini memang tengah tertutupi horden, tapi rupanya posisi hordennya ada yang sedikit terlipat. Di situlah tempatku untuk bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Sejujurnya pengen liat juga sih tubuh telanjang kakak iparku yang lagi di siksa oleh suaminya itu. Dengan sangat pelan ku posisikan mataku dengan tepat dan dengan penuh kehati-hatian jangan sampai ketahuan.

Begitu mataku sudah mulai beradaptasi dengan ruangan yang temeram di dalam sana….

Tiba-tiba saja…..

Wanjir!

Jantungku hampir copot rasanya. Aku benar-benar di kejutkan dengan pemandangan di dalam sana.

Nira rebahan di atas sofa. Kondisinya masih berdaster, tapi jilbab lebar beserta khimarnya pun tak ia kenakan. Kedua tungkai kakinya mengangkang, sedangkan tangannya aku lihat sudah berada di bagian bawah. Dan yang membuatku jauh lebih terkejut lagi………………………

Nira hanya sendiri.

Gila!

Laki nya mana?

Tangan kirinya berada di depan selangkanyannya, sedangkan tangan kananya digunakan untuk memegangi ponselnya. Ohhhh shit, Nira masturbasi. Ku kerutkan keningku agar mendengar desahnya lebih jelas.

“Shhhhh….. ahhhh…. besaaaar sekali ahhhh”

Wait… wait!

Meski aku tak dapat dengan jelas melihat layar ponselnya karena posisinya ke arah tembok, jadinya aku hanya melihat di bagian sisi sampingnya saja, tapi pikiranku sudah kemana-mana saat ini. Apakah di layar ponselnya itu menampilkan foto penisku yang ku jepret secara close up?

Anjir! Tidak…. tidak. Itu tak mungkin.

Karena bagaimana cara dia mendapatkan foto tersebut dari HP istriku? Lagian, bukankah kalo ia memforward ke nomor WA nya, bakal di ketahui istriku karena adanya histori chat bersama kakakknya itu? Atau jangan-jangan setelah mengirim, Nira langsung menghapus di ponsel istriku?

Argh! Tidak. Sekali lagi, itu tak mungkin terjadi. Itu hanya sebatas angan-angan, sebatas imaginasi liarku saja.

Aku sungguh tak menyangka, kakak iparku yang kesehari-hariannya sangatlah tertutup, tapi rupanya, ia menyimpan sisi lainnya yang malam ini sedang menggebu-gebu.

Ku perbaiki posisi mengintipku. Aku memutar otak. Hasratku untuk ‘memakai’ Nira tiba-tiba saja muncul ke permukaan. Keinginan untuk menaklukkan kakak istriku setelah adiknya, semakin membesar di dalam sana.

Apa yang harus ku lakukan?

Oh iya, aku ada ide………….

Hmm. Ini sih lebih ke nekad sih. Tapi, gak apa-apalah. Demi sesuatu yang lebih menyenangkan ke depannya. Dengan satu harapan, semoga saja pintu rumahnya ini tidak terkunci. Pun jika terkunci, itu artinya rencanaku gagal untuk bisa lanjut ke step berikutnya. Tapi aku harus menunggu sampai waktu yang tepat untuk ku jalankan rencanaku ini.

“Ahhh… ahhh, ingiiiiiiinnnn di masukin. Ohh” rintih Nira semakin menjadi-jadi.

Begitu seterusnya, aku masih sabar menanti waktu yang tepat. Dan aku yakin kalian pasti sudah tahu, dimana waktu yang tepat yang ku maksudkan itu.

Begitu seterusnya. Yang aku lihat bagaimana upaya Nira untuk bisa mendapatkan orgasmenya sendiri dengan cara self service.

Hingga…………..

“Ahhhh Ar…. ahhh, akuuuu…… dikit lagi dikit lagi mau keluar. ahh”

Inilah saatnya. Batinku bergejolak. Dengan segera aku berdiri dan menggerakkan tanganku untuk…………..

Krieeeeek!!!! Wanjirrrrrr………

Again?

Ahhh, bener-bener yah, orang yang pengen berbuat yang tidak benar, selalu saja di permudah jalannya. Terbukti, bisa-bisanya pintu rumahnya tidak dalam kondisi terkunci?

Awalnya aku ingin membukanya pelan, tapi karena perasaanku yang sudah menggebu-gebu, eh, pintu rumah malah ku buka dengan cukup keras. Alhasil, saat aku masuk, aku langsung memutar otak untuk segera berfikir apa yang mesti ku lakukan saat ini.

Aku masuk dengan cepat sambil memasang muka panik seolah-olah ada kejadian serius.

“Aahhhhhhhhhhh…..” desahan panjang pun terdengar dari Nira saat menyadari pintunya terbuka, serta menyadari keberadaanku di dekatnya saat ini.

Nira pun langsung reflek membelalak tapi lucunya kemaluannya tak segera ia tutupi dengan daster, dengan cara menarik dasternya ke bawah. Eh ini malah ia tutupi hanya dengan kedua tangannya saja. Tapi yang bener-bener ku saksikan di depanku saat ini, geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.

Meski dalam remang cahaya….

Tapi, apa yang ku saksikan saat ini, sangat-sangat menakjubkan.

Jadi, kalian bisa paham kan bagaimana kondisi tubuh seorang wanita yang lagi mendekati ejakulasi alias orgasme tapi tiba-tiba urung terjadi?

Seperti itulah yang ku saksikan saat ini di depan mataku, bro.

Jelas lah, birahiku semakin menggunung.

“Nir…. Kamu gak pa-pa? Mana bebeknya? Eh maksudku malingnya?” Kataku tapi dengan suara ditahan. Nira yang masih tersiksa karena sedang berada di titik puncak tertinggi, yang sebentar lagi orgasme, lalu tiba-tiba di gantung ke titik tak bertepi, dengan ujung pintu orgasme yang tiba-tiba terkunci rapat-rapat, oleh tindakanku barusan – malah menunjukkan ekspresi yang. Ahhhh! Sue. Seksi banget. Sumpah.

Tak mau kehilangan akal, aku pun lantas berucap kembali.

“Maaf, tadi aku denger kayaknya ada suara yang masuk ke rumahmu. Aku kira ada maling yang masuk”

Nira diam saja. Ekspresinya wahhh fantastic banget. Aku baru kali ini di hadapkan dalam situasi seperti ini, bro. Sumpah, aku bahkan sulit menarasikan bagaimana ekspresi yang tercipta pada wajah cantik nan syahdu kakak iparku ini. Wajah yang teramat sangat mendambakan penuntasan orgasmenya, tapi urung terjadi.

Aku menghela nafas, tapi mataku sempat melirik ke sisi bawah kakak iparku ini. Lebih tepatnya ke kedua telapak tangannya yang tengah menutupi kemaluannya.

Ingin rasanya ku sentuh tangannya itu, lalu ku geser biar bisa ku lihat jelas bagaimana bentuk kemaluan kakak iparku ini. Namun, hal itu urung ku lakukan. Jir….

Bro….

Woi Bro………..

Sumpah, gue…. deg-deg an banget sekarang. Anjir!

Apa yang bakal terjadi nantinya ya? Di saat aku kembali bertemu dengan Nira?

Eh tunggu!

Secara tiba-tiba, aku amat sangat terkejut karena di saat tanpa sengaja ponsel yang sempat terjatuh dari tangan Nira rupanya dalam kondisi masih on, layarnya masih menyala, aku menatap ke sana.

Hingga jantungku nyaris sekali lagi berhenti berdetak, sampai-sampai aku kembali menahan nafas, sembari memfokuskan sepasang mata ini dari remangnya cahaya untuk bisa melihat dengan jelas apa yang ada di layar ponsel tersebut.

What the…

Nira masturbasi dengan melihat foto penis laki-laki?

Iya lah, laki-laki. Gak mungkin betina punya penis kan?

Dan….

Foto penis tersebut, sepertinya tak asing bagiku.

Mataku lantas membelalak sesaat, ketika signal dari mata terkirim ke otak, untuk memproduksi sebuah ingatan pada sebuah kejadian yang tak begitu lama terjadi, dan jenak berikutnya, barulah ku sadari jika foto penis tersebut, adalah foto penis yang ku jepret secara Close up.

Anjir! Itu foto penisku.

Fuuuucckkkk!

-BERSAMBUNG-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *