Tama perlahan menyentuh lancip payudara Dinda dengan telunjuk nya, sontak mata Dinda melotot dengan bibir terbuka. Tama pun mencubit puting Dinda, hingga Dinda mengeluarkan suara menahan desahannya dengan menggigit bibir nya sendiri
Dinda “Tamh… hhh”
Tama mengecup bibir Dinda
Kemudian Dinda membalas kecupan itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan. Mata mereka sama sama terpejam sesekali dan saling bertatap.
Tama kembali mencubit puting Dinda, kemudian meremas payudara itu, digenggamnya.
Tama “gede juga ya”
Dinda “iihh” sambil melepaskan ciuman mereka
Dinda menutup payudaranya
Tama “kenapa din?”
Dinda “geli tau”
Tama “tapi enak kann” godanya
Dinda “ntar kelewatan tam.. ini pertama kalinya buat gue” jawabnya sembali melipat kakinya yang ditekuk dan dipeluknya
Tama “itu juga pertama kalinya buat gue din”
Mereka pun hening
Tama “lo mau nggak jadi cewek gue?”
Dinda “nggak..”
Tama “nggak bisa nolak maksudnya?”
Dinda “nggak semudah itu oncom!” Sembari mnampar lembut wajah tama
Tama menggenggam tangan Dinda
Kemudian Dinda beranjak dari tempat duduknya, ia berdiri untuk mengambil minuman Tama melepaskan genggamannya.
Dinda yang berdiri mebelakangi Tama, membuat teh tiba tiba ada tubuh yang hangan melekat pada punggungnya, ada tangan mengikat di pinggangnya
Dinda “Tam..”
Tama “iya temen din.. apa salahnya kita seneng seneng?”
Dinda “ya malu tapi.. jangan begini”
Tama “Din gue pengen”
Dinda “nggak tam.. keperawanan gue hanya untuk ketika gue nikah!” Jawabnya
Sementara nafas Tama sudah memburu di leher Dinda
Tama “nggak din.. gua nggak sejahat itu.. gua cuma pengen pelukan sama lo”
Tangan Tama mulai melemas, tubuh Dinda berbalik, ia memeluk Tama
Tama membungkukan badannya memeluk manja Dinda disandarkan wajahnya di leher Dinda
Dinda “huu manjaa”
Tama mencium dagu Dinda dan bibir mereka bertemu
Mereka mulai melangkah perlahan menuju kasur sambil berpelukan dan ciuman, baru beberapa langkah digendongnya Dinda dengan posisi pelukan
Direbahkannya Dinda dikasur..
Bibir Dinda dan Tama terus berpagutan hingga direbahkannya tubuh Dinda diatas kasur, jantung mereka berdegup kencang.
Posisi Tama menindih tubuh Dinda
Dinda ingin menghentikan ciuman mereka tapi ia sendiri ingin menikmati, rasanya geli dan ia tidak menggunakan bra
**tring tring.. tring tring
Suara telpon dari hp Tama, membuyarkan nafsu nafsu kedua insan itu
Ciuman itu berhenti, Tama bangun dari dekapan Dinda, ia menatap mata Dinda
Dinda “angkat sana telponnya.. ngapain liatin gue?”
Tama mengecup kening Dinda, kemudian ia bergegas mengampil telpon genggamnya
Tama “iya?”
Perasaan Dinda kini terasa di aduk aduk, ia menyukai kecupan terakhir Tama dikeningnya, Dinda memegang dadanya ia merasa gugup
Saat Tama sedang berbincang di telpon dengan Wira, Dinda terbangun dari kasurnya dan melangkah menuju Tama yang membelakanginya.
Dinda memeluk Tama, dilingkarkan tangannya dipinggang Tama, Tama terkejut ia pun menggenggam tangan Dinda dan tubuhnya mulai berbalik mereka saling berpelukan.
Dinda menenggelamkan wajahnya didada Tama, Tama mengelus kepala Dinda, dipeluknya Tama kuat kuat.
Tama “ntar gue kerumah lo deh, udah dulu ya” tanpa menunggu jawaban Wira, Tama pun mematikan telponnya.
Dinda melihat wajah Tama, seseorang yang sedang ia peluk kemudian Dinda merasa malu ia pun berlari ke kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut, Tama tertawa kecil dan mengejarnya ke kasur
Tama “hey..” ujar nya sembari meraba Dinda yang berada didalam selimut
Dinda “aahh malu.. haha geliii ahhh” ujarnya sembari tertawa tak karuan
Tama mulai mengendus dibagian kepala Dinda dan perlahan di bukanya selimut itu, dikecupnya perlahan bibir Dinda
Dinda berbalik dan mengalungkan tangannya di leher Tama.