Anjir bagaimana ini?
Perlahan, amat sangat perlahan, aku pun memutuskan untuk menarik keluar penisku dengan perasaan – yang ahhh! Sulit, amat sangat sulit untuk ku jelaskan lagi pada kalian, kawan.
Aku benar-benar di landa bukan hanya rasa penyesalan yang teramat sangat besar, melainkan, birahi yang meletup-letupku masih saja menyiksa, bisikan setan di sepasang telinga ini, pun masih menguatkan diriku agar ku teruskan persetubuhan yang tak halal lagi bersama wanita ini.
Tapi….
Maaf kawan. Aku tak ingin mengambil resiko lagi. Aku harus, dan sesegera mungkin mencabut penisku dari liang vagina adik iparku ini.
Yang lucunya.
“Ahhh!” seakan seperti paduan suara, suara kami nyaris serempak seperti ‘Ko’or, sama-sama mendesah saat gesekan penisku yang ku tarik keluar pada dinding liang kenikmatan adik iparku ini, rasanya teramat sangat nikmat pake sekali.
Mungkin hal itu juga di rasakan adik iparku ini.
Jadi kalian bisa bayangkan bukan, bagaimana kini yang kami rasakan. Nyaris sama. Sama-sama sudah berdosa, sama-sama sudah bersetubuh meski tidak tuntas. Tapi setidaknya, dosa yang telah kami perbuat sudah di catat dengan hikmat oleh malaikat.
Jenak berikutnya. Penisku benar-benar sudah terlepas. Aku pun lantas beranjak dari atas tubuh adik iparku ini, yang tak lagi ku sebut dalam narasi sebagai istri. Karena memang, secara sadar se-sadar-sadarnya jika wanita ini, memang bukan istriku.
Aku langsung berdiri di tepi ranjang, meraih seluruh pakaianku yang berserakan di lantai. Aku memakai pakaianku sejenak, tanpa menoleh padanya. Aku malah merasa malu untuk bersitatap dengannya lagi. Jadi alhasil aku pun membuang pandanganku darinya. Aku tak tahu apa yang di lakukannya saat ini, karena aku sudah tak lagi melihat kepadanya. Yang ku dengar, suara agak bergeresek, yang ku yakini jika wanita itu juga tengah memperbaiki posisi celana dalamnya, serta membenahi posisi kimononya yang sempat ku buka dengan lebar.
Beres berpakaian….
Aku menarik nafas dalam-dalam, meredakan gejolak birahiku yang menyiksa. Setelahnya, aku pun tanpa melirik, mengucapkan padanya, “Maaf, kakak tidak sengaja melakukannya,” amat pelan ucapanku padanya tanpa menoleh padanya, tanpa melihat ke arahnya.
Selanjutnya….
Aku memutuskan untuk sesegera mungkin keluar dari kamar pribadiku ini, yang sempat, beberapa menit – ada kali 10 menit kejadiannya – aku dan adik iparku ini sempat bersetubuh, benar-benar melakukan seks yang tanpa sama sekali ku sadari sebelumnya, jika wanita itu, bukanlah istriku, dan juga tak sepantasnya ku perlakukan seperti itu, karena itu sama saja akan membuat semuanya jadi hancur.
Yah, ku yakin jika setelah hari ini, hubungan kami akan berbeda. Tak sama lagi seperti sebelumnya. Dan mungkin saja, adik iparku ini akan amat sangat membenciku di kemudian hari. Mungkin saja juga, dia akan mencoba untuk memberikan bisik-bisik pada istriku jika aku bukanlah suami yang tepat untuknya.
Apapun itu, aku memang sudah seharusnya mempersiapkan diri dengan segala resiko yang ada nantinya. Bahkan yang terparah, aku harus di tinggal pergi istriku.
Begitu aku telah tiba di pintu kamar, “Sekali lagi, maafkan kakak. Kakak tidak sengaja, Assalamualaikum.” ujarku sekali lagi, tanpa berpaling ke arahnya. Selanjutnya ku tutup pintu kamar rapat-rapat. Dan segera berjalan dengan nafas tertahan sesekali menuju ke kamar di lantai dua.
…
…
…
“Arghhhhh sial-sial….. sialannnnn” sesampainya di kamar, barulah aku menyadari sebenar-benarnya apa yang sudah ku lakukan. Aku benar-benar mengutuk diri ini karena terlambat menyadarinya. Menyadari jika wanita yang ku setubuhi tadi bukanlah istriku.
Aku benar-benar sangat menyesal.
Amat sangat menyesali perbuatan terkutukku pada wanita yang amat sangat ku hormati sebelumnya. Yang amat sangat tertutup dan penuh kesantunan, penuh kesempurnaan bahkan lebih jauh sempurna ketimbang istriku. Aku sudah mempermalukannya, aku sudah merusak kehormatannya.
Tekutuklah engkau bajingan syahwat yang sejak tadi menguasai diri ini.
Bajingan….
Yah! Aku memang laki-laki bajingan yang telah menodai kehormatan adik iparku.
Aku duduk di tepi ranjang, sambil memukul-mukul jidatku sendiri. Bodoh dan tolollah aku yang di kuasai kesangean sejak tadi. Andai saja, yah! Hanya kata andai itulah yang kini menderaku. Andai saja aku tak di kuasai penuh oleh birahi dan bisa berfikir lebih rileks tadi, mungkin saja aku bisa menahan diri agar tak sampai memutuskan untuk menyetubuhi wanita yang awalnya ku kira istriku itu.
Tapi….
Nasi sudah membubur.
Penisku pun sudah masuk dan melesak beberapa kali di liang vagina adik iparku. Aku juga sudah menikmati setiap inci tubuhnya dengan penuh kesadaran. Kalo sudah begitu, apakah pantas aku bertemu muka dengannya lagi?
“Arghhhhhh annjing…..”
Aku kembali mengerang penuh keputus-asaan.
Karena rasa sakit kepala ini menyiksa, maka ku putuskan untuk segera ke kamar mandi untuk membasuh kepala dan tubuhku, biar bisa sedikit rileks, biar bisa sedikit tenang.
================================
Pagi tiba.
Selesai sholat subuh berjamaah dengan istriku di kamar atas, yang juga sebelumnya, ia sendiri yang membangunkanku – masih pagi-pagi buta aku bercerita pada istriku – lebih ke kebohongan sih – jika aku harus ke kantor pagi-pagi sekali karena harus keluar kota sepagi ini, untuk mengecheck beberapa masalah distributor di luar kota.
Yah, inilah keputusanku saat ini. Sejak semalam aku tak bisa di buat tidur nyenyak karena berbagai pikiran-pikiran menyeramkan yang menguasai otak ini, atas kejadian salah sasaran tembak semalam di kamar pribadiku, di samping istri dan anakku. Sial!
Jadi selama Azizah, adik iparku berada di kota ini, menginap di rumahku, maka aku harus pergi jauh-jauh darinya. Maka, aku pun memutuskan untuk segera pergi dari rumah sepagi ini, biar aku tak bertatap muka dengan wanita itu, dan keluar kota beberapa hari sampai wanita itu kembali ke Bandung.
Entah nanti apa yang terjadi, aku juga telah memasrahkan diri pada sang takdir yang dengan mudahnya mempermainkanku semalam. Yang jelas untuk saat ini, ketidak sanggupanku untuk bersitatap langsung dengan Azizah membuatku memutuskan untuk pergi jauh-jauh darinya.
Mau tak mau istriku juga mempercayai ucapanku, dan segera menyiapkan perlengkapanku sepagi buta ini untuk keluar kota seperti biasanya.
…
…
…
Tepat jam 6 lewat 15 menit, aku pun sudah siap berangkat.
“Bun…. ayah harus berangkat sekarang!” begitu ujarku, bukan karena apa – aku tak ingin melihat Azizah yang sepertinya juga masih berada di kamar.
“Loh ayah gak sarapan dulu, tuh, bunda lagi pengen siapin…. sekalian mau bangunkan Zizah juga karena tadi dia gak sholat alasannya lagi dapet katanya. Makanya dia belum bangun lagi sekarang” Ohhh. Gitu. Haha! Bukan lagi dapet bun, tapi adikmu belum bersih-bersih sehabis di setubuhi suamimu. Batinku.
“Nanti sarapannya bareng Pak Syarif aja” ujarku, menyebut nama Supervisorku yang juga menjadi alasanku sebelumnya pada istri, jika aku, akan keluar kota bersama Pak Syarif.
“Rencana emangnya mau kemana- mana aja, yah?” tanya istriku.
“Hmm keliling sih bun. Makanya mungkin semingguan ayah di luar kota”
“Fiuhh, baru juga datang, udah harus pergi lagi” gerutu istriku. Aku pun mengusap lembut pipinya, dan meminta maaf sedalam-dalamnya dalam hati ini, jika dengan tega membohonginya. Andai saja, dia mau melayani birahiku sejak kepulanganku dari meeting di Jakarta, mungkin tak bakal kejadian semalam dan juga tak bakal ku tinggalkan ia kembali seperti pagi ini.
“Hehe sabar bun. Kan lagian, ada Azizah juga yang nemenin” balasku padanya.
“Ya udah deh”
Selanjutnya, istriku pun meminta tanganku untuk ia salim, setelah itu, aku berpamitan pada istriku dengan berucap salam, “Assalamualaikum bun, ayah berangkat yah sayang”
“Wa’alaikumsalam, hati-hati ayah.”
“Iya sayang”
Aku pun melangkah menuju ke mobil setelah sebelumnya ku panaskan, dan serta membuka pintu garasi lebar-lebar.
Beres….
Kini, aku pun telah pergi meninggalkan rumah dengan di iringi doa dan lambaian tangan istriku.
Maaf, sayang! Perginya suamimu ini, lebih kepada – ketidak sanggupanku untuk bertemu muka lagi dengan adikmu.
Sekali lagi, maafkan suami mu ini.
Setelah kejadian itu, kejadian yang bisa ku sebut sebagai ‘SALAH SASARAN’, entah kenapa aku mempunyai perasaan yang lain terhadap Azizah, adik iparku ini. Aku tidak mengerti perasaan dalam hatiku ini. Yang pasti ini bukan cinta, karena perasaan ini tidak sama ketika aku baru pertama kali jatuh cinta kepada istriku, dan sampai sekarangpun, aku tidak merasakan perasaan yang sama dengan perasaanku kepada Azizah. Tetapi maaf, kawan. Ini juga bukan tentang birahi, karena setelah kejadian itu, aku benar-benar mengubur dalam-dalam dorongan birahi untuk bisa melakukan yang benar-benar bersamanya hingga klimaks, juga bersamaan.
Selama seminggu ini juga, aku memang benar-benar mengajak salah satu Supervisorku untuk keluar kota, daripada hanya di Surabaya saja bingung mau ngapain. Masa mau nginap di hotel terus tanggung biayanya secara pribadi, mending sekalian aja ku putuskan untuk benar-benar berkunjung ke beberapa kota – tempat distributorku berada sekalian melakukan review kecil-kecilan selama di sana.
Seminggu ini juga hari-hariku pun ku sibukkan dengan pekerjaan, alhasil, bekerja dengan baik untuk menghilangkan bayang-bayang kejadian malam itu. Bayang-bayang ekspresi penuh kenikmatan serta ketakutan Azizah di bawah penguasaanku, di bawah tindihanku. Serta, bagaimana lezat dan legit vaginanya saat penisku berhasil menerobos masuk hingga ke bagian terdalamnya. Yes! Ini real kawan. Aku benar-benar melakukan hubungan seks dengannya. Meski tidak sampai klimaks. Alias menggantung.
Satu hal yang sempat ku simpulkan, jika sepertinya Azizah jarang di belai, jarang di pakai sebagai istri oleh sang suami. Buktinya, masa iya, sudah setahun menikah vaginanya masih sempit serasa seperti lagi bersenggama dengan gadis yang masih perawan. Bedanya tentu saja tak ada lagi ku dapatkan selaput penghalangnya di sana.
Ada beberapa kemungkinan, hipotesa yang ku pikirkan.
Pertama, mungkin memang jarang di terobos masuk oleh penis suaminya. Kedua, atau mungkin memang penis suaminya berukuran lebih kecil dariku, atau yang ketiga, yang jauh lebih biadab, yang adalah, suaminya gak bisa ereksi. Hahaha! Tapi sepertinya yang ketiga ini tak mungkin kejadian. Gak mungkin kan, Azizah bertahan selama setahun ini dengan pria itu?
Semoga saja, hipotesaku tidak kejadian pada poin ketiga. Tepok Jidat!
Intinya, aku berusaha untuk tidak lagi memikirkannya.
Yang anehnya juga, selama seminggu ini, Azizah tak ada kabar apapun padaku. Hanya istriku saja yang setiap hari melakukan panggilan video padaku. Selama itu juga aku tentu saja menyinggung hal biasa saja dengannya mengenai adiknya itu. Tidak sampai menyinggung kejadian malam itu, bisa pecah perang dunia selanjutnya kalo beneran aku tanyakan padanya.
Intinya, kejadian aku bersama Azizah habis perkara.
Tak ada yang tertinggal….
Aku juga yakin, wanita itu akan berusaha mencoba melupakan kekhilafan dan ketidak sengajaanku padanya malam itu, karena memang, ia pasti paham dan mengerti akan keadaanku malam itu, karena aku sering memanggilnya dengan panggilan pada istriku.
Apalagi memang kondisi di kamar malam itu cukup gelap, jadi aku tak mampu untuk menebak mana sebenarnya istriku, mana si Azizah. Yang sialnya pula, dan yang menjadi satu-satunya sumber bagiku untuk menyetubuhinya karena posisinya tertidur tepat di samping anakku, dan bukan hanya itu saja, kimono yang ia kenakan, pula adalah kimono istriku, hadiah dariku.
Jadi, jika mau di tarik kesimpulan, di sini, posisiku tidak bisa di persalahkan sepenuhnya juga, bukan?
…
…
…
Kembali pada masalah rasa ini yang terjadi padaku. Memang betul, aku memiliki perasaan yang lain pada Azizah, tapi bukan cinta, bukan juga birahi.
Tapi apa ya…
Pokoknya sulit untuk aku jelaskan dengan memakai kalimat. Aku juga gak perlu ceritain kejadian di saat aku sedang video call-an dengan istriku, di saat kebetulan juga, Azizah sedang berada di dekatnya, di rumah kami.
Karena gak ada kejadian yang menarik, serta komunikasi yang terjadi antara aku dengan Azizah. Azizah benar-benar bersikap seperti semula lagi, meski beberapa kali saat istri menghadapkan layar ponselnya pada adiknya, kami terlibat bertatapan beberapa detik lamanya, tatapan tanpa ucapan. Hanya sekedar lambaian tangan semata. Tapi, terbersik memang, sekilas ekspresi Azizah agak berubah dari sebelum-sebelumnya. Intinya begitu.
Well! Akhirnya Azizah kembali pulang ke Bandung. Akhirnya pula ku putuskan untuk pulang kembali ke rumah.
=========================
Setibanya di rumah…..
Jangan di tanya bagaimana geloranya proses ku setubuhi istriku dengan penuh semangat juang 45.
Selesai istriku meninaboboin putriku si Intan, maka kami pun lantas melaksanakan proses pembuatan adik buat si Intan lagi. Hahay!
Aku dan istri secara tergesa-gesa, khususnya aku, melepaskan seluruh pakaian kami yang melekat di badan, dan kini tanpa babibubebo, saat kami sudah telanjang, aku lantas menyerangnya dengan penuh semangat.
Kami berciuman, istriku rupanya membalas ciumanku dengan sangat ganas dan bernafsu. Hal wajar juga sih, karena bukan hanya aku saja yang kekeringan selama nyaris sebulan ini, istriku juga tak mendapatkan belaian dariku. Ditambah lagi bahwa dirinya memang sudah terbakar nafsu berahi.
Ciumannya padaku berubah semakin panas dan menggairahkan, bahkan tangan istriku sudah meremas dan mengocok penisku yang sudah sangat tegang.
Kami langsung saling berguling di atas ranjang, saling berbagi kenikmatan dengan sentuhan-sentuhan yang sangat intens pada titik-titik yang bisa kami gapai.
Sejurus kemudian….
Akhirnya badanku kuputar 180 derajat, sehingga kepalaku yang berada di atas menghadap vaginanya.
Sementara wajahnya yang berada di bawah menghadap penisku.
Kurengkuh pantatnya yang montok lalu di mulailah lidah dan bibirku mempermainkan vaginanya. Istriku langsung melenguh, “Ouh.. ouh.. ayah…. ahhhhh enakkkk,” erangnya.
Tak kupedulikan erangannya, aku terus menjilati dan mengisap vagina istriku. Terkadang aku tusukkan lidahku ke dalam liang vaginanya yang beraroma khas. Gerakan pantatnya semakin menjadi. Dan tiba-tiba aku merasa bibirnya mulai melumat penisku dengan penuh nafsu.
Aku.. melayang..
Ku pejamkan mata ini sembari menikmati kuluman istriku pada penisku di bawah sana. Saat ku pejamkan mata, tiba-tiba saja, aku terbayang akan tubuh sintal dan nikmat bukan milik istriku, melainkan Azizah, adiknya. Ah Sial. Kenapa aku malah memikirkan wanita lain saat ini?
Tidak…. tidak.
Aku harus melenyapkan bayang-bayang wanita itu.
Aku lantas berusaha untuk membuka mata. Dan mencoba untuk terus memikirkan istriku saja, bukan Azizah. Bukan Azizah yang mengulum penisku melainkan istriku. Titik!
Jilatan dan isapan pada penisku semakin bervariasi.
“Ouhh” Akupun melenguh nikmat.
Aku khawatir pertahananku akan bobol, maka aku konsentrasikan mengoral kembali vagina istriku dengan ganas dan cepat.
Dia menjerit.. “Aaah.. ayaahhh.. bunda gak tahan.. aku gak tahan lagi….. masukin sekarang.. Sekarang auh..!”
Tak kupedulikan permintaannya, aku semakin bersemangat mengoral vagina indah istriku ini. Namun tiba-tiba badannya menghentak menggulingkan tubuhku, kemudian dia bangun, memutarkan badannya.
Selanjutnya, dalam posisi menungging dia mengarahkan penisku yang sedang berdiri tegak ke arah liang vaginanya yang sudah sangat basah. Perlahan istriku lalu menekan pantatnya ke bawah dan……
Bless.. slebhh..!!!
“Ahhhh akhirnya ngewe juga” desisku benar-benar menikmati proses penisku ini yang mulai memasuki liang vagina istriku perlahan-lahan.
Ughh..
Mataku nanar, berkunang-kunang merasakan kenikmatan yang sukar ‘tuk dibayangkan.
Sejurus kemudian…..
Perlahan-lahan pantat istriku mulai turun-naik, sementara kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang, sambil bibirnya dengan penuh nafsu menciumi dan mengisap bibirku.
Gerakan pantatnya semakin cepat, kepalanya sudah mulai terdongak, sambil mengeluarkan nafas mendengus seperti orang orang yang sedang ‘pushu’.
“Ehh..euh.. hekks.. hekss.. euh..” Dengusan itu terus menerus keluar seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku. Sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan diisap-isap dengan sangat nikmat.
Mataku terbeliak-beliak menahan nikmat yang tak terperi yang kurasakan.
Merasa kakinya kurang nyaman, akhirnya istriku itu meluruskan kakinya sehingga dia telungkup menindih tubuhku. Tangannya masih meraih pundakku sebagai pegangan, dan buah dadanya ditempelkan pada dadaku.
Kemudian ia kembali memaju-mundurkan pantatnya agar vaginanya dapat bergesekan dengan penisku dan penisku dapat keluar-masuk hingga sampai ke pangkalnya.
Gerakanya semakin cepat, kedua kaki istriku mulai kejang-kejang lurus, erangannya juga semakin memburu.
“Ouh.. hekss.. heks.. heks..” hingga akhirnya dia kembali menjerit panjang.
“Aaaaaahhhhkkkks..!”
Badannya kembali melenting terdiam kaku, mulutnya menggigit pundakku. Sedangkan kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku. Beberapa detik kemudian keluar helaan nafas panjang darinya, seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat..
“Oughhhhhh..”
Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya.
Ughh.. kedutan dinding itu kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku yang tengah terbenam di sana. Hingga diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku. Ini membuatku melenguh, menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istriku.
“Ooghh..” Keluhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah, hingga akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku.
Cukup lama istriku menikmati sensasi orgasme sambil telungkup lemas di atas tubuhku.
Kemudian matanya terbuka menatapku sambil berkata..
“Ahh ayah enak banget. Lama banget bunda gak rasain lagi nikmatnya kontol ayah. Sebulan kali hehe” katanya sambil mengecup bibirku.
Aku hanya tersenyum manis pada istriku sambil membalas kecupannya dengan mengisap bibirnya dalam-dalam. Kedua tanganku memeluknya dan meletakkan telapak tanganku pada kedua pundaknya yang masih telungkup menindih tubuhku.
Lalu perlahan pantatku kugerakkan ke atas dan ke bawah, sambil kedua tanganku menarik pundaknya ke bawah, membuat penisku yang masih tegang meradang menggesek dinding-dinding liang vaginanya. Memberikan kenikmatan padaku dan padanya.
Penisku dengan lancar keluar-masuk liang vaginanya yang masih tetap sempit menjepit dan meremas-remas penisku dengan ketat.
Sensasi kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh urat syarafku dan akupun mulai mendengus nikmat. “Ouhhh.. ouhh..”
Akibat gerakanku ini, membangkitkan kembali gairah istriku yang baru saja mendapatkan orgasme. Dan gesekan-gesekan ini memberikan kenikmatan-kenikmatan padanya. Hingga akhirnya pantatnya kembali bergerak maju-mundur ke atas ke bawah, kembali berusaha meraih kenikmatan yang lebih.
Istriku kembali memompakan tubuhnya di atas tubuhku, gerakanya itu makin lama semakin cepat.
Tak lama. Kembali erangan nikmatnya yang khas keluar dari mulutnya. “Ehh..euh.. hekks.. hekss.. euh..”
Dengusan itu terus-menerus keluar, seiring dengan hempasan pantatnya menekan selangkanganku. Sehingga penisku seperti dikocok-kocok, dipelintir dan diisap-isap dengan sangat nikmat. Dan kembali mataku terbeliak-beliak menahan nikmat.
Gerakannya semakin cepat, tak lama kemudian kembali kedua kakinya kejang-kejang lurus. Rintihan serta erangannya semakin memburu. “Oughh.. hekss.. heks.. heks..”
Dan akhirnya..
Istriku kembali menjerit panjang…..
“Aaaaaahhhhkkkks..!”
Tubuh indahnya kembali melenting terdiam kaku. Mulutnya menggigit pundakku. Kedua tangannya menarik pundakku dengan sangat keras dan kaku. Hingga beberapa detik kemudian, keluar helaan nafas panjang darinya seperti melepas sesuatu yang sangat nikmat.
“Ouhhhhhh.. ayaaaahhhhhshhh” Pantatnya berkedut-kedut, dan terjadi konstraksi yang sangat hebat di dalam vaginanya. Kedutan dan kontraksi di liang vagina istriku kurasakan sangat mencengkram kuat-kuat seluruh batang penisku. Lalu diakhiri dengan kedutan-kedutan dinding vagina yang memijit penisku membuatku melenguh kembali menerima sensasi yang sangat nikmat dari vagina istriku ini.
“Oughh..” lenguhku.
Kedutan pantatnya makin lama makin melemah. Lalu akhirnya tubuhnya kembali ambruk menindih tubuhku untuk kesekiankalinya.
…
…
…
Pencapaian orgasme yang ia dapatkan di atas tubuhku terus dilakukannya berulang-ulang hingga akhirnya untuk yang kesekiankalinya dia benar-benar ambruk di atas tubuhku, tak lagi bisa bergerak akibat kehabisan tenaga.
Dia menggelosorkan tubuhnya di samping tubuhku, sambil berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan.
Istriku berkata padaku dengan tersengal-sengal kehabisan napas, mengaturnya.
“Ayah.. hosh…. hosh…. bunda capek. Bunda lelah…. tapi puas banget. Tapi ayah masih belum keluar” Katanya sambil meraih penisku yang masih tegang menantang membasah oleh cairan nikmat vaginanya.
Aku yang memang belum mencapai puncak, tidak ingin berlama-lama istirahat takut nafsuku surut dan penisku melemah. Maka aku mulai menindihnya, tanganku kembali meremas-remas buah dada indah miliknya, serta memilin-milin putting susunya yang menjulang menantang.
Kemudian kembali bibirku menciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Nafsunya terbangkit kembali. Walaupun dengan tenaga yang masih lemah, tangannya meraih penisku dan kembali dia arahkan ke depan liang vaginanya.
Pahanya terbuka lebar memberi jalan pada penisku untuk segera menelusuri liang nikmat vaginanya. Kudorong pantatku begitu kepala penisku tepat berada di liang vaginanya.
Dan.. Blessepph..!
Penisku kembali menjelajahi liang sempit yang sudah sangat basah milik istriku.
“Ooughh..” lenguh kami berbarengan menahan nikmat.
Pantatku mulai mengayuhkan penisku agar lancar keluar-masuk menggesek-gesek dinding vagina yang selalu memberikan sensasi nikmat.
Gerakanku makin lama makin cepat dan berirama. Pinggulnya mulai bergerak membalas setiap gerakanku, sehingga lenguhanku dan erangan nikmat dari kami berdua terdengar saling bersahutan.
“Ouh.. ohhh.. enak.. banget.. ohhhh..” dengusku.
“Auh.. auh.. ouh.. ayahh…. nikmat.. oh..” erang istriku juga.
Gerakanku makin lama makin cepat dan keras tak beraturan. Sehingga terdengar bunyi yang cukup keras dari beradunya dua selangkangan.
Plok.. plok.. plok..!
Demikian pula dengan gerakan pinggulnya semakin keras menyambut setiap gerakan pantatku. Sehingga bunyi beradunya selangkangan semakin keras..
Plok.. plok.. plok.. plokk..!
Tak pelak, akhirnya mulutku mulai meracau.. “Ouh.. Bun.. ayah.. mau.. keluar, ayah mau.. keluar ouh..”
Begitupun yang terjadi pada istriku, juga meracau sambil menarik-narik tubuhku dengan keras. “Ayo.. yahhhh.. bareng.. bareng..”
Hingga akhirnya…….
Secara bersamaan kami menjerit bersahutan melepas nikmat mencapai orgasme.
Badanku dan badan istriku melenting dan menjerit.
“Aaarrgghhhh..!”
Croottt! Croot!
Sperma kentalku terpancar beberapakali membasahi seluruh rongga vagina istriku ini.
Hingga setelah beberapa saat, kami pun langsung tepar dan mulai memejamkan mata. Menanti apa yang terjadi selanjutnya, dalam kehidupan rumah tangga kami berdua.
-BERSAMBUNG-