Salah Masuk Kamar Adik Iparku Yang Cantik – Part 6

Cup….

Sebuah kecupan ringan mempertemukan bibir kami untuk pertama kalinya, secara sadar, secara sama-sama saling menyadari jika ini nyata. Bukan lagi kejadian yang sama di kamar pribadiku malam itu. Gemuruh di dadaku juga kurasakan mulai memperberat nafasku.

Sumpah….

Aku terangsang. Amat sangat terangsang, kawan.

Bagaimana tidak. Kami sekarang duduk berhadapan di dalam kamar hotel, di malam hari. Serta pernah punya pengalaman, bersetubuh meski hal itu terjadi karena sebuah insiden ketidaksengajaan. Namun apapun itu, tetap saja kami sudah melakukan penyatuan kelamin kami yang jika ku ingat lagi, rasanya asoy pake banget. Paket komplit banget.

Sungguh, rasa nikmatnya berbeda dari rasa nikmat jika aku bersama istriku. Mungkin memang benar pepatah orang di luar sana, rumput tetangga jauh lebih hijau, apalagi rumput adik ipar, tentu saja jauh lebih nikmat dibanding rumput di rumah sendiri. Hahay!

Dan dengan bersatunya bibir kami saat ini, detik ini, secara sadar dan nyata secara harfiah, serta tak ada embel-embel tidak sengaja lagi, atau salah sasaran seperti malam itu, maka kami berdua baru saja memulai petualangan baru kami, meski di awali hanya dengan kecupan yang bahkan sejam yang lalu belum pernah kami bayangkan akan begini jadinya, tapi tetap saja, kami berdua telah mengkhianati pasangan kami masing-masing.

Jika sudah begini, sepertinya mubassir jika ku sudahi sekarang, bukan?

Maka dari itu, karena mendapatkan lampu hijau dari adik iparku ini, maka aku pun menariknya berdiri, dan membawanya serta untuk duduk di tepi ranjang. Adik iparku bagai kerbau yang di cocok hidungnya, mengikuti keinginanku ini. Dan di saat ia telah duduk di tepi ranjang bersamaku, semakin memudahkanku beraksi lebih jauh. Maka dari itu, aku pun memutuskan untuk segera kembali menjalankan aksiku dengan mengecup bibirnya dan yang membuat hatiku bersorak mesum di dalam sana, karena kecupanku mendapatkan balasan.

Alhasil, kini kami berdua saling kecup-mengecup dalam desah nafas yang memburu kemudian meningkat menjadi saling melumat bibir. Liur yang bercampur justru meningkatkan gairahku. Begitupun bibirnya yang ranum dan mungil begitu hangat ku lumat. Sejurus kemudian aku mencoba menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dan ternyata dia menyambutnya.

“Ssshhhhh… hhmm…”

Desah dan hembusan nafas kami saling bertaut seiring semakin liar dan panasnya adegan berciuman kami. Lidahku menjulur ke dalam mulutnya demikian juga lidahnya ke dalam mulutku. Menjlat dan memilin lidahku dengan buasnya.

“Shhh… kamu nakal juga rupanya Zah” Bisikku pelan ke telinganya.

“Innii… sssalaahhhmmuu, kak… salah kak Ar…. hhhh…” jawabnya tidak kalah liar.

Kecipak bunyi liur dan bibir menjadi musik merdu kami malam ini. Desah dan gairah kami semakin memuncak hingga kami tidak sadar siapa yang memulai ternyata jilbab dan sweaternya sudah tidak berada pada tempatnya lagi.

Kedua tanganku memegang pinggangnya dan Azizah merangkul pundakku.

Entah mengapa belum ada rasa enggan untuk berhenti, atau sekalian melanjutkan ke tahap berikutnya. Aroma parfum mahal di tengkuknya yang halus semakin membakar gairahku. Sesekali ku gigit bibir bawahnya yang seksi dengan lembut sehingga desahannya semakin menjadi.

Azizah rupanya tidak mau kalah. Sesekali disela acara saling melumat dia juga menggigit hidungku lalu kembali menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku. Sungguh kegiatan berciuman ini benar-benar menghipnotis kami berdua sehingga entah berapa lama waktu berlalu kami masih saling asyik melumat.

Tanganku yang awalnya masih dipinggangnya mulai kupindahkan ke daerah lain meskipun agak canggung. Aku takut dia terganggu dengan aktifitas jamahan tanganku.

Tapi, Ah.. masa bodoh. Ku arahkan tanganku ke dadanya yang sejak tadi mengganggu pikiranku ini.

Azizah tersentak seperti terkejut hingga dia melepaskan bibirnya dari bibirku.

“Sshhh…. kakak… ahhh kak Ar kurang ajarrrr… aagghhhh……” ujarnya lalu kembali menyosor bibirku dengan ganasnya. Mendapatkan lampu hijau seperti itu, kuputuskan untuk mulai meremas dadanya dari luar pakaiannya dengan lembut.

“Ohhhh… Adekkk bencihhh kak Ar. Aku benciiihhhhh” ujarnya ketika tanganku menyelusup ke dalam gamisnya dan mengelus dadanya dari luar bh nya. Usai berkata demikian, Azizah kembali melumat bibirku dan kini tangannya menjambak rambutku dengan gemas.

Entah apa yang membuat kami begitu betah berciuman. Meski ini bukanlah pengalaman pertamaku mencium wanita, namun ku akui berciuman dengan adik iparku ini membuatku begitu betah dan berasa seperti menemukan air di padang pasir sana. Sensasinya sangat terasa berbeda sehingga syahwatku dalam melumat bibirnya tidak ada habisnya.

Sambil masih saling melumat, aku mencoba membuka kancing atas gamis Azizah. Tak perlu kalian tanyakan lagi bagaimana yang ku rasakan saat ini, kawan. Ahhh, rasanya sangat susah kugambarkan. Serasa baru pertama kali melakukannya, padahal adegan ini sudah sangat sering kulakukan dengan istriku.

“Mmmmpp…. ahhhh”

Akhirnya sesi ciuman ini kami akhiri bertepatan dengan terbukanya seluruh kancing gamis adik iparku ini. Meski, pernah ku lihat sebelumnya, tapi tetap saja efek gregetnya amat sangat dahsyat saat ini.

Alhasil, aku hanya menelan ludah saat melihat, kulitnya yang putih dan bening serta kembali mendongkrak libidoku. Rasa sesak di celana semakin menyiksa karena pemandangan yang sangat indah di depan mata. Tanpa banyak cing-cong aku membaringkan Azizah di atas ranjang.

Dia membuka kedua kakinya sehingga aku lebih mudah menempatkan diriku di antara kedua pahanya.

“Ahhhhhh….” Hanya itu gumaman yang aku ucapkan ketika dengan gemetar, tanganku mulai meraba dadanya dan menyelusup ke balik bh-nya.

“Uhhhhggghhh” Azizah menggelinjang.

Matanya terpejam dan dia menggigit bibir bawahnya. Ketika tangaku menyentuh puting di balik bh-nya, kurasakan tubuh adik iparku ini sedikit bergetar.

“Uuhhhhh…… kakak… jahhhtttt… hhhhhh……” katanya sambil memegang tanganku yang masih sibuk dengan gerilyanya di dadanya.

Dada adik iparku ini lebih besar dan sekal serta ranum di banding dada istriku. Dadanya ini seperti dada seorang remaja. Begitu kencang dan mulus.

Sepertinya adik iparku ini tidak tahan lagi.

Dan, setelah kejadian ini, aku lantas menyimpulkan jika adik iparku ini rupanya selama ini di buat merana akibat kejadian malam itu bersamaku. Dan statusnya yang mengatakan merindu, sepertinya ia merindukan sentuhanku lagi. Dan juga, satu lagi, ucapannya tadi yang mengatakan membandingkan itu, sepertinya membandingkan penisku dengan penis suaminya yang setiap saat memasukinya.

Ahh! Itu artinya, penisku jauh lebih unggul donk? Entah ukurannya atau apalah, aku juga malas untuk menanyakan padanya.

Ayo kita Lanjut.

Saat ini, aku masih sibuk memilin kedua putingnya dengan jari-jari tanganku ketika kurasakan tangannya menarik bajuku ke atas. Ku biarkan dia melepas bajuku dan kubalikkan dia sehingga dia menunggangi tubuhku.

Dari bawah aku juga melucuti gamisnya, lalu lanjut dengan bh-nya.

Begitu kami berdua setengah telanjang, ku tarik tubuhnya merapat di tubuhku. Ada sensasi yang luar biasa ketika kedua tubuh kami saling merapat dan berpelukan. Kembali kami saling melumat dengan buas. Tanganku mengelus-elus punggungnya dari bawah. Mulus tak terkira.

“Kakak jahat, ahhhh kak Ar…… Kakak udah bikin aku selingkuh…” katanya setelah melepas ciumannya. Dia duduk tegak menunggangi tubuhku. Kedua pahaku berada di pahanya yang masih tertutup celana leging hitamnya.

“Aku juga gak nyangka….. gak ada rencana. Kok tiba-tiba udah begini, dek” aku membela diri.

Azizah menyeka liurnya yang meleleh dari sudut bibirnya karena ganasnya ciuman kami. Nafas kami masih saling memburu. Aku menatap dada yang begitu memabukkan ini, besar, ranum dan dua putting indah yang mengacung itu. Putingnya terlalu menggoda untuk ku pegang. Hingga kemudian tanganku merambat dari pahanya naik ke perutnya.

“Ahhh… kak Arrrr…… sshh….. kakak menyentuhku lagi. Ohhhh” desahnya penuh gelora.

Tanganku tiba di dadanya dan langsung menengkupnya dengan telapak tanganku. Terasa pas. Ku remas pelan hingga Azizah seperti kejang-kejang, apalagi ketika jariku menyentil putingnya yang berwarna pink. Ia kenlojotan.

Dia menunggangiku tetapi pinggulnya bergerak maju mundur tetapi gemetar. Aku berkonsentrasi pada putingnya karena aku merasa gerakannya semakin kacau. Sepertinya dia mau orgasme.

Benar saja.

Tidak beberapa lama, tubuhnya melengking ke belakang dan bergetar hebat.

“Aaahhhhhhh…….. Aku datangghhhhh……. akhirnyaaaaaa setelah sekian lamaaaaa aku merasakannya tanpa menggunakan tangankuuuu sendiriiiiiiiiihhhhh” erangnya yang seketika itu juga membuatku terkejut.

Itu artinya?

Ahhh, aku malas memikirkan lanjutan kalimat yang ingin ku katakan barusan.

Kalian pasti bisa paham apa yang ingin ku ucapkan itu bukan? Haha! Bagaimana mungkin kalimat itu tercipta tanpa pengalaman darinya. Jadi hipotesaku pun semakin kuat mengenai kekuatan suaminya selama ini di ranjang.

Setelah mengatakan kalimat panjang lebih ke erangan itu, tubuh adik iparku pun melemas dan rebah kembali di atas tubuhku. Kepalanya bersandar di atas dadaku dan kedua tangannya meremas tanganku.

Nafasnya yang memburu menandakan orgasme yang hebat baru saja lewat seusai menghampirinya. Aku memeluk punggungnya yang mulai lembab.

“Kak Ar… sshhh……..” panggilnya di sertai desahan pelan.

“Ya… dek?”

“Gimana nih…. adek udah nyampe…… cepet banget lagi” ucapnya.

Azizah belum mengubah posisi tubuhnya di atas tubuhku.

Aku terdiam. Di sisi lain aku sudah puas melihatnya seperti ini, di sisi lain egoku berkata aku harus mendapatkan kepuasan yang sama. Azizah mengangkat wajahnya dan menatapku.

Tatapan yang sangat damai. Matanya yang indah dan senyumnya yang mengembang.

Sebetulnya apa yang nampak di hadapanku, nyaris sama seperti yang tiap malam ku lihat. Karena memang, wajah ini, sama seperti wajah istriku. Tapi, gak tau kenapa, aku merasa agak berbeda. Sensasinya itu loh, yang membuatku semakin ingin memberinya kenikmatan yang tak pernah kan ia lupakan nantinya.

Selanjutnya….

Adik iparku ini masih tersenyum menatapku dan akupun tersenyum menatapnya. Kami diam tanpa kata, larut dalam dilema masing-masing.

Aku ingin sekali menancapkan keperkasaanku di dalamnya, sama seperti malam insiden kala itu, hingga dia bisa merasakan keahlianku memuaskan istriku.

Sejujurnya, aku masih seakan tak percaya, jika aku dan adik iparku ini bisa sejauh ini melakukannya.

Yang jelas, adik iparku ini orangnya alim pake banget. Seperti yang pernah ku jelaskan, di antara tiga bersaudara, adik iparku inilah yang paling taat dalam menjalankan agama.

Maka, jika tak ada jawaban yang pasti, mungkin saja ada sesuatu yang ia lihat special dariku, apalagi di tunjang dari postur badanku yang hmm, yang notabenenya sering berolah raga, jadi kalian bisa ngerti maksudku ini bukan?

Apalagi, penisku pernah memasuki kedalaman vaginanya hingga mentok. Dan hal itu, akan meninggalkan rasa penasaran tinggi karena tak sampai tuntas persetubuhan kami malam itu. Jadi, buat kalian para kaum pria, percayalah, apabila sekali keperkasaanmu di rasakan oleh seorang wanita, dan kamu memiliki kespecialan dalam bercinta maka, ia akan kembali menagih di kemudian hari, akan kembali ingin di penetrasikan penis perkasamu karena ketagihan. Mungkin seperti yang terjadi pada adik iparku ini.

Dan di saat kami masih saja terdiam ini, tiba-tiba saja ponsel adik iparku berdering.

“Tunggu kak”

Azizah bangkit dan berdiri meninggalkanku yang masih berbaring dalam dunia khayal yang mengambang. Ku tatap adik iparku yang dengan cueknya mengambil hp nya tanpa memakai bajunya.

Sepertinya memang benar suaminya yang menelfon.

“Assalamualaikum, bang”

“Iya bang, udah di hotel, udah mau istirahat nih”

Bohong banget. Batinku.

“Iya bang… abang mau VC? Tapi gak enak nih, temenku belum tidur”

Waduh, mau Video call ya?

Wah….ternyata harus berhenti sampai di sini. Aku menghela nafas dan mengambil sisi positif dari peristiwa kami malam ini. Setidaknya aku sudah menikmati setengah tubuhnya. Setidaknya aku sudah pernah membuatnya puas.

Aku memperhatikan tubuh Azizah dengan saksama. Aku ingin menikmati setiap lekuk tubuhnya sebelum ia meninggalkanku dan kembali ke tempatnya menginap.

“Ohh…. gitu”

“Ya udah kalo gitu, adek bobo aja deh” sambil berucap, Azizah tersenyum nakal ke arahku.

Tak lama kemudian Azizah sudah menutup ponselnya. Dan mengedipkan mata kepadaku.

Sejenak kemudian, Azizah berjalan ke arahku, masih membiarkan tubuh atasnya telanjang menunjukkan sepasang payudaranya yang begitu memabukkan itu.

Setelah ia mendekat, ia berbisik padaku……

“Sepertinya, memang kita harus berselingkuh malam ini kak…. adek beneran pengen mengulang kejadian malam itu, boleh kan?”

“Boleh banget dek”

Sejurus kemudian, aku menarik tubuhnya untuk terjatuh di atas ranjang, dan setelah itu, aku pun mulai menyerang kembali dengan semangat juang 45. Semangat penuh kemenangan.

“Auuwww…. kak Ar, adek ingin di puasin. Adek pengen merasakan orgasme yang sesungguhnya dengan menggunakan penis, bukan dengan tangan…. ohhhh”

Baiklah Azizah, kan ku ajak engkau menuju ke nirwana yang sesungguhnya, untuk meraih kenikmatan yang belum pernah engkau rasakan selama ini. Kan ku jejalkan penisku dalam-dalam di liang kewanitaanmu sampai kamu kelonjotan, sampai kamu menerima orgasme bertubi-tubi karena kepiawaian dan keperkasaan penisku di bawah sana, yang sebentar lagi, akan ku buka dengan sendirinya dan menunjukkan di hadapanmu, biar kamu memohon padaku untuk ku tancapkan sesegera mungkin ke kedalaman rahimmu, bahkan mungkin juga, aku akan menghamilimu seperti kakakmu yang juga saat ini tengah mengandung anak kedua kami.

Hohohohoho!

Baiklah mari kita mulai kembali pertempuran di malam yang panjang dan penuh gelora bersama Azizah adik iparku. Kami kembali saling melumat dalam nafsu yang kembali terbakar setelah sempat mereda. Gairahku semakin menggebu-gebu semakin tinggi kasta syahwatku apalagi setelah ia dengan sadar mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan orgasme dengan penisku.

Masih dengan peluh dan penuh gairah, masih dalam posisi saling menyamping, sesekali berhadapan sesekali kembali saling menyentuh-nyentuh, masih saling berguling, saling merangsang.

Karena tak tahan, aku segera membalik tubuh Azizah untuk mengambil alih permainan, hingga dia kini berada di bawah tindihan tubuhku. Aku menggelosor ke bawah dan mulai ku kecup ringan tengkuk di bawah telinganya.

“Ahhhh…. Ahh kak Ar.”

Azizah menjambak rambutku tanda libidonya terlecut dengan tingkahku.

Aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya betul-betul membius pertahanan imanku. Rasa gemas menggeluti pikiran, gemas bercampur birahi tinggi. Andai tubuh sintal adik iparku ini bisa di kunyah, sejak tadi aku mengunyahnya saking gemasnya. Ku kecup rambut-rambut tipis yang tumbuh di sana dan bisa kurasakan tubuh lawan mainku ini menggelinjang dalam siksaan nafsu yang menggelora. Aku tidak mempedulikan rambutku yang dijambak dengan keras olehnya karena aku sedang sibuk di daerah leher dan tengkuk Azizah.

“Ahhh kak. Ahhhh, siksa aku. Siksa adeeeekkkkk….” desahnya bercampur erangan-erangan kecil karena siksaan yang ku berikan padanya. Meski masih berupa kecupan-kecupan ringan, tapi tetap saja berhasil membuat adik iparku ini seperti cacing kepanasan.

Selanjutnya, kecupanku kembali bergerak ke bagian bawah tubuhnya, hingga sampailah bibirku tepat berada di atas dadanya.

Sejujurnya kalo aku ingin mengikuti keinginan syahwatku mungkin saat ini aku akan langsung menuju ke menu utamanya saja, dengan langsung melesakkan penisku di liang senggamanya. Tapi aku masih bisa menahan, aku tidak ingin terburu-buru dalam permainan ini. Aku harus bisa mengendalikan gejolak dalam dadaku sehingga setiap jengkal kenikmatan bersama Azizah bisa kunikmati dengan maksimal.

Setelah puas menatap kesempurnaan sepasang payudara adik iparku ini, sembari menggigit bibirku sendiri saking gemas, maka, wajahku mulai ku dekatkan dengan payudaranya. Ku kecup ringan puting kirinya yang sudah menegang. Ku lakukan itu berkali-kali dan setiap kudaratkan kecupanku, Azizah melenguh pertanda dia menyukainya. Hingga kemudian lidahku perlahan menjulur dan menyapa putting mungil miliknya itu.

“Shhhh…. iiihhhhhhh… kak Arrr” Azizah tidak tahan lagi dan langsung menekan kepalaku ke arah payudaranya. Otomatis mulutku langsung penuh dengan gumpalan kenyal itu. Akhirnya aku mengalah dan memilih menyusu dengan liar. Tangan kiriku tidak tinggal diam dan sudah mengerti tugasnya, memainkan payudara kanan Azizah yang menganggur.

“Kak Arrrr…… Aiihhhhh…. aihhhh….. adeeekkkk benchhiiiihhh kammuuhhh…” Ujar Azizah dalam deraan nafsunya.

Ku rasakan kedua tungkai kakinya membelit pinggangku dengan erat.

“Janganhhhh sampai membekassss kak. Ouhhhhh…….” Azizah mencoba mengingatkanku. Aku mengerti dan meneruskan kegiatanku menyusu di kedua payudaranya secara bergantian.

Sambil menyusu, tanganku tak tinggal diam. Selanjutnya, ku arahkan tanganku membelai perutnya yang rata, ku elus dan ku rasakan setiap kehalusan kulitnya yang terawat baik. Lenturnya leging hitam yang di kenakannya, tidak menghalangi tanganku untuk terus menjelajah ke dalam isi celananya hingga ku rasakan gundukan yang lembab dan hangat di selangkangannya itu.

Sekali lagi efek getar seperti di aliri aliran listrik menderaku saat tanganku ini berhasil menangkup gundukan kelaminnya di balik celana dalamnya di bawah sana. Meski sebelumnya, saat insiden malam itu, aku sempat melihatnya, aku sempat mencucupnya dengan penisku, tapi tetap saja, sensasinya amat sangat dahsyat.

“Dek, kakak minta izin ya? Boleh masuk gak….” Tanyaku dengan maksud bercanda.

Tetapi yang ku dapat malah pelototan matanya yang indah.

Ini anak kalau sudah sange begini jadi menakutkan.

Sejurus kemudian, karena tak adanya larangan darinya, hanya berupa pelototan mata yang tak berarti yang dapat ku simpulkan hanya sebagai ambekan darinya karena merasa malu, maka ku lanjutkan kerja tanganku di bawah sana.

Selanjutnya, mulai ku belai dengan lembut gundukan itu dengan ujung jariku sambil tetap menyusu.

Desahan Azizah sudah mulai seperti teriakan kecil. Toh aku tidak peduli karena kedapnya kamar hotel ini tak akan membuat suaranya terdengar keluar, sehingga ia mau berteriak pun, aku tidak perlu khawatir.

“Arrrh…… bangsat kamuhh kak Ar…… jangan siksaaaaa Zizah kayak gini. Buruaaaannn, bukain aja cepetan……” Azizah kini sedikit membentak.

Aku tahu dan faham kalau iparku ini sudah sange berat.

Nalarnya beserta gengsinya raib entah kemana digantikan oleh syahwat yang harus dituntaskan. Aku menuruti keinginannya. Dengan sekali Tarik, celana panjang leging hitam dan celana dalamnya ku loloskan dan ku lemparkan entah kemana.

Terpampanglah tubuh telanjang bulat iparku dihadapanku. Betapa halus dan sempurna. Vagina yang baru selesai dicukur rapi terbelah indah di depan mataku. Aku tidak tau bahasa apa yang mesti digunakan untuk menggambarkan tubuh Azizah.

Aku masih sibuk mengagumi tubuh telanjangnya, tiba-tiba Azizah bangkit dan merebahkanku di atas ranjang. “Ahhh bukaaa cepat kak” Dengan penuh gelora yang membara, dan berapi-api karena terbakar birahi, ia segera membuka celanaku dengan agak tergesa.

Dan begitu melihat kemaluanku yang berdiri gagah itu, beberapa detik ia terdiam menatapnya dengan ekspresi yang sulit ku gambarkan. Aku gak tau apakah dia terpana atau tidak, atau dia melihat ukuran jumbo atau malah lebih kecil dari milik suaminya.

Aku gak perduli…

Pembuktian harus terjadi dengan cara membuatnya merasakan multi orgasme seperti yang Azita kakaknya yang juga adalah istriku rasakan selama melakukannya denganku.

Sekilas mata Azizah melirikku.

Lalu kemudian, tangannya bergerak perlahan buat menyentuh kemaluanku.

“Kak Ar… ahh, ternyata…. ckckck”

Aku mengernyit, “Kenapa dek?”

Dia menggelengkan kepalanya singkat, “Pantas saja…. masih berasa sampai sekarang efeknya di dalam memekku kak”

“He?”

Dia mengangguk.

“Rasa-rasanya penis kakak malam itu kayak merobek memek adek.”

“Ha? Kamu ini….”

“Se… seriusan kak. Ternyata emang gede bangettt ihhhh”

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar keluhnya barusan.

Sejurus kemudian…

Azizah segera naik, kaki satunya melewati tubuhku. Yang kini posisinya telah menunggangiku dan mengarahkan miliknya untuk kumasuki.

Busyet tanpa pemanasan dulu kayaknya ini.

Gilaaaa……

“Kak… adek udah gak tahan pengen ngerasainnya lagi… Uuuuhhhhhhhh…… Shhhhhh…….” ujar Azizah lalu di lanjutkan dengan suara desahannya yang sangat lembut ketika dengan perlahan aku memasuki miliknya.

Wow….

Luar biasa.

Licin, Hangat dan sempit.

Aku bahkan memejamkan mata dan menikmati setiap detik pertemuan kelamin kami. Untuk kali kedua aku kembali memasukkan senjataku di liang kenikmatannya tanpa lagi ada embel-embel ketidaksengajaan. Karena yang terjadi, kami sama-sama menyadari, kami sama-sama menginginkan persetubuhan ini terjadi secara sadar. Bahkan sebelum-sebelumnya, bermimpi pun tak pernah terjadi.

Sebenarnya aku masih mau berlama-lama di pemanasan. Aku belum merasakan menjilat dan melumat vaginanya dan sebenarnya aku sangat ingin melakukan itu. Tetapi rupanya Azizah sudah tidak tahan lagi.

Perlahan….

Amat sangat perlahan dan nikmat rasanya, penisku mulai menelusur liang kenikmatan adik iparku ini. Agak sedikit sulit proses masuknya, hingga adik iparku mencoba untuk mengangkat panggulnya ke atas lalu menekannya lebih dalam, dua atau tiga kali ia lakukan hal itu, hingga penisku semakin dan semakin melesak ke dalam liang peranakannya yang belum sama sekali di lolosi oleh jabang bayi.

Hingga di satu waktu…..

Slebh!

“Ahhhhhhhhh meeee…. mentokkkk kak” benar yang di katakan Azizah, aku sendiri bahkan merasakan kepala pionku menyentuh dasar dinding rahimnya di dalam sana. Begitu ku buka mata, aku sempat melilhat batang kemaluanku agak sedikit terlihat hingga ke pangkalnya. Hanya sedikit saja tersisa di luar. Itu artinya, kedalaman liang peranakan adik iparku ini tidak cukup untuk menampung keseluruhan panjang kemaluanku di dalamnya.

“Puaskan dirimu, dek” gumamku penuh kenikmatan.

Tanpa menjawab, adik iparku mulai menggerakkan tubuhnya di atasku, menunggangiku bak kuda jantan yang saling mengejar puncak kemesraan yang sesungguhnya.

“Ahhhh… aahhh… ahhh… ah….” Hanya suara jeritan kecil itu yang terdengar ketika dengan lincahnya dia bergoyang di atas tubuhku.

“Ohh….. kamu nakal, dek…. kamu benar-benar nakal…..” balasku dengan sedikit mengatainya ‘nakal’. Karena memang, saat ini, apa yang ku saksikan di hadapanku adalah sosok yang seharusnya sehari-harinya amat sangatlah tertutup, dan sangat ayu serta bersahaja. Tapi, tak ada yang mengira, apabila sudah di ranjang dan mendapatkan pemeran pria yang bisa mengeluarkan sisi lainnya itu, sosoknya berubah menjadi betina yang amat sangat liar dan nakal.

“Ahhh… ahhh…. gara-gara kamuhhhh kakkkk Arrr….. Ohhh…. ennnakkkhhnyaaaaaa uhhhhh”

Azizah semakin kencang menggoyang pinggulnya di atas tubuhku. Kedua tanganku masih belum mau memegang dadanya karena aku masih menikmati kedua benda itu bergoyang-goyang di depan mataku. Justru tanganku sibuk meremas bongkahan pantatnya.

“Kak Arrrr…… Aduuhhhh……” goyangan Azizah semakin kacau.

Hingga akhirnya, tanganku ditariknya dan ditempelkannya di dadanya.

Segera faham. Azizah ingin tambahan stimulus agar orgasmenya segera tiba. Dengan gemas segera ku cubit kecil kedua putingya lalu ku pilin-pilin dengan jariku.

Terang saja Azizah semakin kelojotan dan akhirnya tak beberapa lama kemudian.

Orgasme keduanya malam ini datang menyapanya.

“Uhhhhh…. Shhhhhh…” Azizah meringkuk di atas tubuhku.

Dia mengejang-kejang menikmati orgasmenya. Matanya terpejam rapat dan alisnya mengerut. Indah sekali. Hingga kemudian ia menghela nafas panjang yang jatuh telungkup di dadaku.

“Uhhhh adek udah nyampe, kak Ar…..” katanya lemah.

Si Kodir di bawah sana, berasa dipijat lembut ketika vaginanya berkedut-kedut.

Nikmat sekali.

Ku belai rambutnya dengan lembut dan membiarkan dia meresapi sisa orgasmenya.

“Gimana?” Tanyaku.

Azizah tidak menjawab melainkan hanya menggelosorkan tubuhnya, menggesekkan dadanya dengan dadaku, serta mukanya ia dekapkan di leherku.

-BERSAMBUNG-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *