Setelah beberapa jenak ku biarkan ia mengambil nafas.
Tiba-tiba saja, adik iparku mencabut vaginanya dan berbaring di sampingku.
Selanjutnya, ia mengusap lembut penisku sambil menatapnya dengan tatapan penuh kerakusan. Rasa-rasanya wanita ini ingin melahap, mengunyah habis penisku hingga tak tersisa. Mungkin seperti itulah yang dapat ku gambarkan dari ekspresinya saat ini.
“Mau lagi?” tanyaku.
Dia mengangguk tersenyum, penuh kemalu-maluan pada ekspresinya. “Bo… boleh?”
Tanpa menjawab, aku segera memposisikan diri di atasnya dan mengarahkan senjata andalanku.
“Uuuugghhhhhh…” Azizah melenguh pelan ketika aku kembali menyeruak masuk ke dalam.
Matanya terpejam rapat dan bibirnya terbuka. Meskipun telah membanjir setelah orgasmenya tadi, tetap saja terasa ada cengkraman yang memabukkan. Tubuhnya terangkat hingga dadanya yang mungil membusung indah.
Karena sudah basah dan licin, jadi proses masuknya penisku tak sesulit yang pertama.
Setelah masuk sepenuhnya, aku langsung merebahkan diriku di atas tubuhnya dan memeluknya erat. Dadanya yang menempel di dadaku memberikan sensasi tersendiri.
Aku mendiamkan diriku beberapa saat dalam posisi ini, sampai Azizah mulai nyaman.
“Goyang kakakku sayang……” bisiknya.
Gusti!
Kepalaku hampir meledak rasanya, ketika sebutan sayang itu terucap dari bibirnya. Menambah stimulasi kenikmatan bagiku. Dan seketika perasaan ini menjadi semakin tak tertahankan.
“Baiklah adik iparku sayang…. kakak iparmu ini akan memuaskanmu lagi,” jawabku sambil ku bisikkan lembut di tengkuknya.
“Kakak ipar yang mesum…. ohhhhh” balasnya tapi di akhiri dengan lenguhannya yang menggelora di saat, bersamaan juga aku mulai menggoyang pinggulku dengan gerakan memutar yang lembut.
Azizah masih saja melenguh dan menggigit bibir bawahnya. Tangannya merangkul pundakku dengan lembut seolah tidak ingin melewatkan setiap inci kenikmatan yang memenuhi rongga surgawinya. Kedua kakinya membelit pinggangku tidak terlalu erat dan pinggulnya mulai bergerak memutar perlahan.
“Yanghhh cepppettthhh…” rengeknya.
Aku menggeram dengan gemas. Rupanya Azizah ingin memberikanku tantangan. Dia sepertinya ingin mengetahui skala kejantananku dan aku menyanggupinya.
Baiklah Azizah…
Jangan salahkan kakak iparmu ini jikalau engkau, kan merasakan juga hal yang sama yang selalu dan selalu kakakmu, Azita rasakan jika ku senggami.
And the!
Waktunya beraksi…..
Ku tegakkan badanku dan ku perbaiki pijakan kuda-kudaku. Ku ambil nafas panjang lalu mulai beraksi. “Nikmatilah sayangkuuuhhh….” gumamku padanya lalu ku genjot dengan tempo yang cepat dan liar.
“Aaahhhhh….. ooohhhhh…….. kakkk Arrr… sayanggghhhhhhh….. Aaawwwhhh……” Azizah berteriak kecil menghadapi seranganku.
Kali ini aku ingin membuktikan padanya.
Semua skill dan performa sebagai pejantan yang bertahun-tahun ku lakukan telah terbukti pada istriku, kini akan ku buktikan lagi pada adik kembarnya.
“Ahhhh…. Ahhhh….. niiikkkkkhhhmmatttnyaaahhhh……” Azizah terus meracau di tengah seranganku yang brutal. Aku ingin Azizah merasakan prinsipku, bahwa dalam seks, orientasinya adalah kepuasan total, bukan hanya pada orgasme saja. Menurutku, seks itu adalah mulai pemanasan pertama, sampai pendakian menuju puncak dan puncaknya sendiri harus dinikmati dengan maksimal, utamanya pada fase menurunkan diri dari puncak kenikmatan.
Aku ingin Azizah merasakan setiap adegan ini menjadi begitu berarti baginya. Buatku, selama berhubungan dengan istri, pantang untuk orgasme lebih dahulu. Untunglah aku bisa mengendalikan keinginan itu lewat berbagai macam latihan yang juga – ku pelajari dari internet.
Buat pembaca yang ingin mengetahui dariku secara langsung tentang tehnik mengendalikan orgasme, sepertinya aku harus minta maaf, karena ini hanya konsumsi pribadi. Jadi silahkan belajar sendiri….. oke?
Mari kita lanjut….
Selama mungkin ku genjot, pada akhirnya, adik iparku menunjukkan gelagat ingin……….
“Aahhhhhhh…….. sayangshhhhkuhhhh adeeekkk dapettt laggiiiihhhhhhh” Jerit Azizah.
Gilaaaa….
Dia orgasme lagi untuk ketiga kalinya.
Ku rasakan di dalam sana menjadi lebih becek dan lebih hangat. Tetapi keadaan ini justru membuat aku sedikitpun tidak mengendorkan seranganku. Ku atur nafasku menjadi lebih panjang dan tetap konsentrasi mempertahankan kecepatanku. Urusan kenikmatan di batangku urusan nanti. Sekarang ini urusan membuat pasangan seks ku ini merasakan keperkasaanku.
“Aaahhhhh… sayangghhhh…. ammmpphhuunnnnn….. Kaaakakkkk jahaatttt…” racaunya. Lebih mirip seperti menangis, tetapi justru semakin membakar semangatku. Bunyi kecipak selangkangan kami semakin terdengar bergema di kamar hotel ini.
“Pokoknya….. rasainn….. biarr tambahhh nagihh kamu…. siapa suruh minta cepett….”
“Uhhh… uhhhh….. ooohhhhh……” Azizah meracau semakin liar.
Gerakanku pun masih ku pertahankan meskipun sudah mulai terasa pegal di paha. Tetapi aku berusaha konsentrasi. Targetnya dia harus orgasme lagi dalam posisi ini. Ku benamkan mukaku di leher kirinya dan ku jilat-jilat bagian belakang telinganya.
“Aauuwwwhhhhh….. kakkkk Ar…. apaaa iniiiiihhhh, ohhhhhh enak sekaliiiii oh tuhaaaannn…. nikmat sekaliiiiii kak Ardan Sayannggghhhhh……” Azizah melojot dan seperti mengejang menerima perlakuanku.
Ku rasakan himpitan lorong kelaminnya semakin menyempit dan sesak. Ini artinya pancinganku berhasil. Aku semakin semangat menggenjotnya tanpa sekalipun menurunkan tempo.
“Auhhhh…. Auhh….. sayangshhh…. Mauhh….. dapppetttt….. Aaahhhhhhhh…….”
Azizah orgasme yang keempat kalinya dan secepat itu pula aku mencabut penisku.
Seeerrrrrrr!!!
Wow.
Anjirrrr…..
Sekali lagi, Wow!!!
Dia squirt dan membasahi perutku serta ranjang. Ahhh, untung saja, kami hanya menggunakan ranjang yang memang buatku untuk tidur. Karena kebetulan di kamar ini, terdapat dua ranjang, yang di sebelah kanan ku biarkan tetap rapi, kali aja, teman kamarku nanti memilih untuk menginap di sini.
Tapi apapun itu, ini super dahsyat sekali bro…..
Aku sangat bangga bisa menyelesaikan posisi ini dengan senjata yang masih tegak mengacung. Posisi tubuh Azizah sudah tidak beraturan. Dia terkejang-kejang dan menggigil seperti sedang terkena epilepsi.
Matanya terpejam dan mulutnya terbuka mengelurkan rintihan kenikmatan yang sangat merdu terdengar. Melihatnya pada posisi ini aku semakin bangga seakan kepalaku rasanya akan pecah.
“Fffhhhhhhhuuuuhhh……..” Akhirnya Azizah menghela nafasnya yang tadi memburu tak beraturan akibat efek serangan dahsyatku.
Dia membuka matanya dan melirik meratapku dalam. Dia tersenyum manis sekali. Dia perlahan bangkit dan duduk di tepi ranjang. Ia terkejut melihat squirtnya.
“Kak Ar… adek kok sampe pipis, ya?” Tanyanya seperti malu.
Aku hanya tersenyum lalu ku raih dagunya dan ku kecup ringan bibirnya. “Kamu, sih….. seperti mesin pemburu kenikmatan, hehe……” candaku. Dia lantas mencubit lenganku tapi lemah.
“Gimana?” tanyaku.
“Auh ah…. kakak jahat”
“Katanya jahat, tapi nagih ya?”
“Auh ahhhh”
Dia sampai menggigit bibirnya sendiri saking gemasnya, sejurus kemudian Azizah menarik kepalaku.
Kami kembali berciuman dan saling melumat lidah dengan liar. Lidahnya begitu hangat dan lincah memilin lidahku dan kadang dijulurkan terlalu dalam ke dalam mulutku.
Aku tahu kalau dia sedang gemas dengan permainanku. Sesekali dia menggigit bibir bawahku dan menariknya lembut. Tangannya memeluk erat leherku hingga dadaku bisa merasakan dadanya yang empuk. Azizah kemudian melepaskan ciumannya dan menatapku tersenyum.
“Akhirnya adek bener-bener bisa ngerasainnya kak.”
Aku hanya senyum saja.
“Kakak mau tahu satu rahasia gak?”
“Apa itu?”
“Setelah kejadian malam itu, hmm, adek hampir tiap malamnya membayangkan kejadian seperti sekarang loh” ujarnya menerangkan sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
“Oh ya?”
Dia mengangguk, “Habisnya, kakak sih gak nuntasin malam itu”
“Loh? Kok malah salahin kakak sih? Bukannya kamu yang menyuruh kakak buat menghentikannya?”
“Ihhhh gak peka. Namanya juga perempuan kak,”
“Oh jadi malam itu kamu menyesal dong pas penis ini kakak cabut dari memekmu?” ujarku agak sedikit vulgar sambil memegang penisku sendiri.
Azizah, menatap penisku kembali. “Uhhh, tapi sumpah kak. Besar sekali. Jauh lebih besar dari milik suami.”
“Oh ya?”
Dia mengangguk. Tatapannya seperti mengagumi pahatan maha karya yang berdiri kokoh yang masih membanjir oleh cairan kewanitaannya tadi.
Azizah lantas memejamkan matanya lagi. Nafasnya masih memburu, kemudian aku mengecup bibirnya sesaat. “Tapi, malam ini kamu benar-benar liar dek.”
“Ahh habisnya sudah sebulan adek selalu dan selalu ingin ketemu ama kakak, tapi adek berusaha untuk menahannya”
“Kalo tau gitu, kakak yang akan mengajakmu ya”
“Au ah”
Azizah kembali mengambil nafas.
“Ahhhh dahsyat memang kak. Sumpah…. mana sampai empat kali lagi, adek nyampenya” ujarnya di sela nafasnya yang memburu.
“Yup… sampe pake pipis, hehehe….” Bisikku pelan disertai candaan. Azizah gemas dan mencubit telingaku.
“Gara-gara kak ar sih. Barusan aku sampe menggigil seperti tadi lho. Sampe pipis begini…..” ucapnya pelan memonyongkan bibirnya padaku.
Sesaat kemudian tatapannya kembali turun dan mendapati senjata andalanku masih tegak mengacung dengan gagah. Kondisinya yang berotot dan berurat tampak mengkilat karena becek oleh cairan miliknya.
“Kakak masih belum, loh….” Ujarku menunjuk si Junior yang masih tegak berdiri, basah oleh lendirnya.
Dia tersenyum. Manis sekali.
Perlahan tangannya memegang senjataku dan mengocoknya pelan. Nikmat sekali. Pemandangan yang kontras terlihat ketika tangannya yang putih memegang senjataku yang agak gelap.
“Kak Azita emang pernah rekor berapa kali kak Ar bikin kayak gini?” Tanya Azizah mencari tahu permainanku dengan istriku. Aku pura-pura membuat gesture seperti berfikir.
“Mmm…. sepuluh atau limabelas… mungkin… aku juga udah lupa, saking seringnya….”
“Heehhh….??? serius…??” Azizah membelalak.
Mulutnya menganga dan tangannya yang sedang mengocok langsung menggenggam senjataku dengan erat.
“Yah terserah mau percaya apa tidak…”
“Nggak percaya.” Katanya.
Aku hanya tersenyum saja.
Azizah geleng-geleng seperti tidak percaya.
Tetapi aku tidak peduli dengan anggapannya. Yang penting sekarang permainan ini sudah harus diakhiri karena jam dinding sudah menunjukkan 11.10. itu artinya kami bersetubuh sejaman lebih sedikit.
“Dek….. udah siap?” tanyaku pelan.
Azizah mengangguk dan tersenyum. Dilepaskannya senjataku dan kembali mengecup bibirku pelan.
Ku arahkan Azizah untuk menungging karena aku ingin bermain doggy.
Salah satu kelemahanku adalah doggy, karena dengan gaya ini hasrat orgasmeku biasanya lebih kuat dan datangnya lebih cepat, sehingga aku selalu menggunakan gaya ini di akhir permainan. Azizah sepertinya mengerti dan memposisikan tubuhnya tepat di depanku.
“Iihhhhh……..” lirih Azizah ketika si Junior kembali menyelinap pelan.
Tanpa mengulur waktu, aku langsung menggoyangkan pantatku. Pola nafas panjang yang ku pakai kini ku ubah menjadi pernafasan normal sehingga aku bisa lagi menikmati secara maksimal setiap gesekan dua kelamin kami.
“Sssshhh…… dekkk…..”
“Ahhh……. kak…”
“Sumpah dek, ahhh, kakak bakal ketagihan sama memekmu yang sempit dan legit ini. Ohhhh nikmatnya”
“Iiiiihhhhhh ihhhhh….. ssshhhhhh….”
Aku mulai menggoyang agak cepat meski tidak secepat yang tadi.
Sinyal di selangkanganku juga sudah mulai menunjukkan kalau orgasme sudah dalam perjalanan. Ku bisikkan ke Azizah untuk rebahan tengkurap tanpa ku lepaskan juniorku. Aku ikut tengkurap di atasnya dan mulai menggenjot dengan tempo cepat.
“Aahhhh….. apa ini kakkkkhhhh……”
Rupanya bagi Azizah ini adalah posisi baru.
Padahal ini adalah posisi andalanku dengan istri bila aku sudah mulai orgasme. Biasanya pasti berbarengan orgasmenya bila menggunakan gaya ini. Aku semakin semangat menggenjotnya.
Dinginnya AC yang sengaja ku stel paling rendah derajatnya, tidak mampu melawan keringat yang membanjiri tubuh kami hingga mengkilap. Azizah menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terus meracau tidak karuan.
“Dekkkk….. kamu maunya di manahhhhh…..”
“Di dalemmm…… ajjahhhh…. ouuhhhhh…. kalo perlu hamili sekalian adeeeekkk…. ohhh, biar suami adekkk bungkammmm…. ohhhh”
Nah loh?
Tapi, aku tak mau ambil pusing. Mungkin omongannya itu hanya sebagai pelampiasan ekspresi atas rasa nikmat yang ia derita saat ini.
Sinyal itu semakin kuat. Goyanganku pun pulai tidak beraturan. Aku menggeram-gemas sambil mencengkram dadanya dari belakang.
“Kakakkkuuu sayanggghhhhsss….. adekkk mau dapethhh laggiiiihhhh”
“Iya dekk… kakak jugaaa……”
Aku semakin cepat menggenjot lawan mainku ini. Suara kecipak dan plok-plok selangkangan kami juga semakin kencang terdengar. Dan pada saat itu hampir tiba, Azizah sudah terlebih dahulu menjerit.
“Sayangshhh……. dappppeettthhhhhh… Aaaaahhhhhhhhh……”
Dan aku juga menyusul kemudian.
“Uuugggghhhhhhhhh………”
Ku tembakkan peluru-peluru kejantananku di dalam sanubarinya.
Entah berapa kali semprotan, aku tidak peduli kecuali masih menggoyangkan junior untuk mengokang sisa-sisa pelurunya.
Hingga akhirnya goyanganku melemah dan berhenti. Kami kelojotan di atas ranjang tanpa tenaga.
Sebuah babakan baru dalam hidup kami berdua baru saja berlaku dan entah bagaimana kelanjutannya. Hal itu membuat kami diam dalam pikiran masing-masing.
“Ntar dulu… jangan dicabut dulu…” pinta Azizah pelan ketika aku ingin beranjak. Aku mengerti. Ku singkap rambut sebahunya lalu ku kecup tengkuknya.
“Kamu hebat, dek. Makasih ya…..” bisikku.
Azizah tidak menjawab. Aku hanya melihat segaris tipis senyum mengembang di bibir tipisnya. Matanya masih terpejam.
Sebenarnya kalau kalian faham, Pada fase inilah fase penentu dari setiap permainan kelamin. Fase di mana pasangan telah mendapatkan puncak kenikmatan biasa kurang diperhatikan padahal pada fase inilah, ketika ikatan emosional dipertaruhkan.
Aku ingin Azizah merasakan itu.
“Kak Ar….” Akhirnya Azizah buka suara.
“Ya dek?”
“Adek barusan lho begini……”
“Kakak juga. Kamu adalah wanita pertama yang membuatku selingkuh dari Azita kakakmu.”
Memang betul. Dulu sebelum menikah, aku memang lumayan sering berhubungan intim dengan banyak wanita. Namun begitu aku menikah, maka ku putuskan untuk menjadi suami yang setia.
“Bukan itu maksudnya, ihhh kakak. Lagian bukan maksud adek ke arah perselingkuhan. Jangankan berselingkuh, mikir pria lain aja gak pernah, kecuali….” aku langsung diem, dan bingung mau ngomong apa lagi ketika Azizah malah ngomong gitu.
Tapi, dia juga tidak melanjutkan omongannya tapi aku yakin, kemana arah ucapannya itu tertuju. Kalo di lanjutkan, mungkin ia akan berbicara kecuali setelah insiden malam itu, pada akhirnya ia memikirkanku juga.
“Lantas…..?”
“Setiap main sama Bang Rafiq, setiap selesai aku langsung ditinggal. Gak pake peluk-peluk gini”
Ohhh ternyata soal itu.
“Dan sejak menikah, adek tidak pernah sama sekali merasakan orgasme dengan penisnya kak. Selalu saja kalo pas adek kesal, dia akan membantu adek dengan jarinya, atau kalo dia udah tinggal tidur, maka adek akan main sendiri. Tapi itu juga jarang, kecuali….”
Dia mengambil jeda, “Kecuali setelah kejadian malam itu di rumah kakak, adek jadi setiap saat membayangkan penis kakak yang pernah masuk ke dalam sini” sembari berucap, sembari menunjukk ke arah vaginanya.
Entah, apa yang harus ku katakan lagi. Jadi, seperti itu rupanya pernikahan mereka selama ini. Aku tidak menjawab melainkan hanya memberikan senyuman.
“Makanya kak, pas kakak menyetubuhi adek malam itu, adek susah lepasin pikiran adek tentang kakak dan itunya kakak”
Aku sekali lagi hanya senyum menanggapinya.
Karena tak ingin terlalu terbawa kebaperan, maka aku pun memutuskan untuk mengalihkannya. Apalagi ku rasakan senjataku semakin mengecil sehingga sepertinya harus di cabut.
“Aku cabut ya…” ujarku selanjutnya.
Azizah hanya mengangguk.
Begitu ku cabut, sisa sperma langsung meleleh melalui celah vaginanya. Tetapi sepertinya Azizah tidak peduli. Azizah berbaring menghadapku yang berbaring di sampingnya. Dia meletakkan kepalanya di dadaku.
“Kak Ar…. jahat” Ucapnya lagi.
“Maaf dek. Tidak sengaja”
“Iya yang pertama, tapi yang sekarang, gak mungkin gak di sengaja kan?”
Aku hanya senyum saja menanggapinya.
“Intinya kak Ar jahat. Kakak udah bikin adek berselingkuh” ucap Azizah.
Sejenak ku lihat ada segaris air mata yang keluar dari sudut mata lentiknya. Tetapi aku tidak mendengar isak. Entah apa maksud air matanya itu. “Aku cinta banget sama bang Rafiq, kak” lanjutnya.
“Kakak juga cinta banget sama kakakmu, dek” Jawabku.
“Tapi jujur, kakak juga ketagihan sama kamu, dek…. sungguh, kamu joss banget, . Liar banget mainnya” ucapku.
Azizah memainkan telunjuknya di putting dadaku.
“Gak usah dibahas lagi, kak Ar. Tambah lagi nih rasa bersalahku sama bang Rafiq” Ujarnya. Aku langsung maklum akan kondisi ini.
Aku terbiasa membahas kembali permainan kami dengan istriku setiap selesai bercinta, karena pada saat seperti inilah psikologis dan emosional akan mengambil alih setiap scenario yang sudah dilalui.
Itulah yang bisa menyebabkan seks bisa sangat nikmat, ketika fase ini diperhatikan dengan baik. Namun rupanya Azizah tidak ingin larut dalam kebimbangan perasaannya. Ku belai dengan pelan rambutnya yang lembut dan harum itu lalu ku kecup pelan ubun-ubunnya.
“Makasih, ya kak Ar” ucapnya sangat pelan dan manja. Aku tersenyum dan mengangguk meskipun ku yakin tidak mungkin Azizah bisa melihatnya.
“Iya, dek.. Kakak juga terima kasih.” Ucapku. Lalu kembali kami terdiam dalam rimba pemikiran kami masing-masing.
Ku toleh jam dinding, sudah hampir jam 12. Dan kami masih terdiam dalam lamunan masing-masing.
“Dek…”
“Ya kak?”
“Udah jam 12 tuh, kamu gak usah pulang ke hotel kamu, nginapnya di sini aja….”
Azizah mengecupku pelan, “siapa juga yang mau pulang… hihiihi”
“Lah?”
“Adek masih pengen di manja,”
“Oalah”
Dasar wanita. Kadang ucapannya itu berubah-ubah sesuai dengan kondisinya.
“Adek mau bersih-bersih dulu” begitu selanjutnya, lalu ia berdiri sempoyongan menuju toilet. Tampak di paha bagian dalamnya masih terdapat sisa cairan yang merembes keluar. Tidak beberapa lama kemudian terdengar kecipak air tandanya Azizah sudah mulai bersih-bersih.
Aku sendiri mengumpulkan pakaian Azizah di kursi.
Aku juga membungkus tubuhku dengan kimono hotel yang ku ambil dari dalam almari.
Ku rapikan kembali arena pertempuran kami. Ranjang yang basah oleh squirtnya ku lap dengan sedikit memercikkan air dari botol air mineral bekas minuman adik iparku ini. Besok pasti harus ku minta ganti ke pihak hotel nih. Bisa berabe kalo Pak Yogi datang dan menyadari ada yang tidak beres di kamar ini semalam.
Eh, tapi, kata Azizah dia masih ingin bertempur lagi?
Waduh….
Bisa-bisa besok aku gagal fokus pas meeting di hari pertama nih.
Aku hanya geleng-geleng kepala memikirkan ini semua. Tapi apapun itu, inilah babak baru bagi kami, aku dan Azizah, sembari wajahku tiba-tiba saja tersenyum menatap bekas-bekas pertempuran kami.
Tak begitu lama, Azizah keluar dari toilet hanya dengan handuk putih membungkus tubuh sintalnya.
Tatapanku berbinar, penuh birahi di dalamnya…..
Kalian bisa bayangkan bukan, wanita cantik, putih dan sintal, berdua di kamar hotel, habis mandi dan segar, hanya membungkus tubuh telanjangnya dengan handuk, menunjukkan gundukan payudaranya sedikit mencuat keluar di sana, serta, dua pangkal paha yang tak tertutupi itu, juga, rambutnya yang basah yang di ikat ke atas.
Sumpah….
Mempesona dan seksual banget penampilan adik iparku ini.
Rasa-rasanya aku ingin menyeretnya kembali ke ranjang, buat memulai babak kedua lagi. Sial!
“Apaan sih kak liatin mulu” ujar Azizah yang sadar jika sejak tadi ku pandang dirinya dengan tatapan sarat penuh nafsu birahi. “Pokoknya jangan minta dulu, adek lagi lemes banget.”
Aku lantas geleng-geleng kepala, menyadari jika memang, sudah bukan saatnya lagi untuk kami bersetubuh saat ini. Di tambah lagi, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 12 lewat 20 an menit, yang artinya memang sudah saatnya bagi kami untuk tidur.
“Besok aku harus ikut seminar pagi-pagi, loh” ingatnya kembali di saat mataku masih saja tak lepas dari sosoknya.
Sembari berucap, adik iparku ini lantas mengambil kimono yang sama yang ku kenakan dari dalam lemari.
Aku ingin protes karena itu kan jatahnya si Pak Yogi, cuma udah aja, ku biarkan saja ia mengenakannya. Besok paling aku akan meminta ganti pihak hotel sekalian sama seprei ranjangku yang habis ku gunakan bertempur tadi dengannya.
“Jadi beneran nih bakal langsung tidur?” tanyaku buat memastikan, agar aku tak membangkitkan secara maksimal si junior di bawah sana yang tetiba saja menggeliat karena mendapatkan signal mesum dari otak karena sehabis memandang tubuh telanjangnya yang begitu saja ia tampakkan di hadapanku di saat melepas handuk, lalu mengenakan kimono. Seolah-olah tak adanya rasa malu di antara kami lagi saat ini.
“Iya kak, capek banget” balasnya sembari berjalan ke arah ranjang sebelah.
“Kamu mau tidur di situ?” tanyaku.
“Lah kan gak mungkin adek bobonya seranjang dengan kakak, mana ranjangnya kecil gitu” balasnya.
“Ya udah. Atau mau di satuin aja?” tanyaku kemudian.
“Hehehe maunya sih, biar bisa di peluk ma kakak nanti pas bobo”
“Oh ya udah” aku pun beranjak dari ranjang dan menggeser, menyatukan dua ranjang menjadi satu, jadi kini ranjang kami seperti king size yang bisa menampung dengan nyaman dan leluasa dua orang dewasa di atasnya.
Setelah itu, aku lebih dulu naik ke atas ranjang.
“Sini, biar kakak memelukmu semalaman penuh”
Azizah yang cantiknya bikin cenat-cenut, langsung ikutan naik ke atas ranjang.
Singkatnya kami berdua pun kini bersisian di atas ranjang yang telah menyatu, seperti kami berdua yang juga telah menyatu dalam keheningan malam, berpelukan penuh kemesraan.
Semakin ku peluk, semakin membuat adik iparku ini beringsut lebih menempel padaku.
“Badan kak Ar anget banget… wangi juga” ujarnya.
“Bobo, ingat besok kita berdua masih harus mengikuti rangkaian acara kantor loh”
“Iya hehe” balasnya.
Yah mau gimana lagi, meski penisku kembali mengeras di bawah sana, tapi aku harus benar-benar menahan hasrat ini agar tidak mengulang kembali pertempuran kami berdua.
Aku kini, memeluk adik iparku dari belakang sembari mencoba untuk terpejam. Dan tak berapa lama, entah siapa yang lebih dulu tertidur, tiba-tiba saja aku juga mulai menghilang, mulai masuk ke alam mimpi yang teramat sangat indah.
Seindah hidup ini, ketika ‘Mungkin’, wahai para pembaca yang baik hati dan budiman, yang sekiranya memiliki kebaikan yang tak terhingga, bisa menyisihkan sedikit saja rejekinya buat beli udud dan kopi sachetan sebagai menyemangat. Haha. Japri di PM ya, kalo yang berkemampuan, tanpa paksaan. Ups! Intermezo.
Ok skip…………………………..
===========================
Aku membuka mataku seiring sensasi geli-geli nikmat di daerah selangkanganku semakin nyata. Azizah yang semalam tertidur dalam pelukanku kini tidak kudapati lagi.
Masih merasakan sensasi yang teramat sangat, ku sapukan pandanganku ke seluruh isi kamar hotel, dan jenak berikutnya ku temukan jawaban atas sensasi tersebut, karena rupanya, penyebab satu-satunya adalah – Azizah telah berada di sela kakiku dengan pemandangan yang langsung mengisi tenagaku.
Slurp….
Ahh, nikmat tak terkira…..
Yap! Rupanya di bawah sana, Azizah sedang sibuk mengulum si kodir yang juga memang terbiasa bangkit, berdiri kokoh di pagi hari. Bahkan ku rasakan ketegangannya mencapai tingkat yang super maksimal.
Aku tidak percaya Azizah melakukan ini, tetapi mau tidak mau inilah kenyataannya.
“Ah dekk…. Kamu…. masih pagi juga……” ucapku diantara desah.
Ku sempatkan untuk melihat pada layar Always On Display androidku, yang rupanya telah menunjukkan pukul 05.23. Berarti kami hanya tidur sekitaran 5 jam saja. Tapi menurutku cukup lah buat aku menjalani meeting seharian penuh nantinya.
“Kamu gak sholat dek?” ingatku padanya.
“Tidak… nanti aja, dalam keadaan gini, agak canggung rasanya kalo mau sholat kak” balas adik iparku sembari melepas kulumannya pada penisku.
“Ahhh kamu benar-benar akhwat yang nakal dek”
Azizah tak lagi membalas ucapanku, ia hanya menatapku sambil tersenyum kemudian melanjutkan aktivitasnya di bawah sana dengan mengulum penisku. Rupanya Azizah memiliki sisi-sisi binal yang selama ini tertidur, tetapi pada pagi ini, sisi kebinalan itu telah terpancing.
“Beres….” ujarnya setelah puas dengan penisku. Bibirnya yang seksi belepotan liur.
Luar biasa.
Btw, beres apa nih? Tapi, pertanyaan itu langsung ku dapatkan jawabannya pada detik berikutnya, karena Azizah tiba-tiba menaikiku dan mengangkangkan kakinya. “Sekali lagi ya kak, biar bisa semangat ikut seminarnya nanti” bisiknya sambil menggigit bibir bawahnya.
Aku hanya mengangguk. Hayo, siapa takut. Batinku berbicara.
Jenak berikutnya, secara perlahan Azizah memposisikan batangku dengan celahnya yang sudah sangat becek. Aku tidak tahu sejak kapan Azizah terbangun dan memulai pekerjaannya, dan aku tidak peduli. Yang ku tahu hanyalah sekarang batang kemaluanku itu mulai tertelan secara perlahan ketika Azizah menurunkan pantatnya dengan pelan.
“Ahhhhhhh masih sepertiiiii semalaaaam…. sempittt seseeek bangetshhh kak” Desah Azizah perlahan ketika dengan lancarnya dia memasukkanku ke dalamnya.
“Shhhh…… hangat, sempithhh pula, dek” Bisikku.
Azizah menunggangiku dan menopangkan kedua tangannya di dadaku.
Tubuhnya melengkung dan kepalanya tertunduk. Perlahan ia mulai menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar. Entah putarannya searah jarum jam atau berlawanankah aku tidak peduli. Nikmat sekali.
“Ihhhh…. Sayangghhhh…… Shhhhh…..” Azizah mendesis dan mendesah. Dia seperti seseorang yang baru saja mengunyah cabai seliter. Liurnya menetes dan itu sangat seksi. Tangannya tidak mau ketinggalan, dia mencubit kedua putingku dengan gemas.
“Ohhh…. pelann dek…. jadi sakit tuh puting kamu cubit”
“Bodo’ amathhhh…. Ahhhh….. Sapa suruh udahh….. bikin Azizah…. binal gini….. Ahhhh……” racaunya.
Ku belai kedua pahanya yang menjepit panggulku dengan lembut dan sedikit menggaruknya pelan. Azizah kelojotan dan gerakannya mulai kacau.
“Jahaaaattttt kakak… ahhhhh, tapi nikmaaattshhhhhh ohhhhh” racau Azizah.
“Kamu juga, jahat dek. Tiba-tiba aja ajakin kakak ngewe kayak gini”
“Tapi sumpahhh hoshhhh, ahhh enaknya dedeknya kak Ar”
“Dedek? Itu bukan dedek, tapi kontol namanya dek”
“Ohhh kontol…. ahhhh,”
“Iya dek…. kontol kakak sudah mengobok-obok memekmu yang sempiiithhhhh oh”
“Aaaawwwwkhhhhhh…….. kakak jorokkkkkkk…. ooooohhhhhwwwww……”
Rupanya penyebutan kata vulgar itu semakin membuatnya kelonjotan, semakin membuatnya makin tak berdaya mengulek batang kemaluanku saat ini. Terbukti, tak berapa lama, Azizah mengejang-kejang, itu tandanya ia mengalami orgasme pertamanya di pagi hari ini.
Tubuhnya melengkung dan goyangannya menjad patah-patah tidak beraturan. Ku rasakan di dalam sana semakin hangat dan basah.
“Akuuhhhh barusaaannn dappetthhh Sayangghhh……” ujar Azizah pelan lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku.
Ku ciumi ubun-ubunya sambil mencoba untuk mengambil alih.
Ku goyangkan pantatku naik turun dengan perlahan untuk memberinya kesempatan meresapi orgasmenya.
“Duhhh…. kak Ar“ racaunya.
Ku dekap erat punggungnya lalu mulailah ku sodok dia dari bawah dengan gerakan cepat.
“Kyaaaaaahhhhhhh….. oohhhh…. ohhhh…. ohhh…..” Azizah menjerit keras ketika ku lancarkan seranganku. Ku atur nafasku dan ku goyangkan pantatku dengan tempo cepat. Lorong yang licin dan lembab itu terasa sangat nikmat ketika aku keluar dan masuk dengan cepat.
Ku rasakan juga ada yang terus merembes keluar dari dalam vaginanya tetapi aku tidak peduli karena yang penting dia harus mendapatkan kenikmatan maksimal dari ini. Udara yang sejuk dari AC sudah mulai dikalahkan oleh peluh kami yang kini mulai menetes.
“Iiiiihhhhh….. kakakkkk oughhhhhhh hentikaaaaannnnn….. ohhhh hentikan ku mohon ohhh” Azizah terus meracau tidak karuan di tengah suara kecipak kelamin yang beradu. Masih ku pertahankan kecepatanku dan ku tingkatkan konsentrasiku.
Pola pernafasanku ku atur sedemikian rupa agar Azizah bisa kembali orgasme. Hingga akhirnya kembali ku rasakan kedutan di dalam sana semakin kencang. Azizah akan segera orgasme, jadi ku kencangkan otot kegelku dan ku tambah kecepatan goyanganku.
“Aaaaakkhhhhhhhh…….. tuh kannnnn, adekkkk dapethhhh lagiihhhh ihhhhh” Azizah meracau tidak teratur. Tetapi suaranya yang manja justru semakin membangkitkan semangatku.
Aku mendengus sambil berkonsentrasi mengolah nafasku dan tetap mempertahankan kecepatanku. Pokoknya Azizah harus orgasme lagi. Azizah yang sudah sangat pasrah terus merintih menahan kenikmatan yang terus menderanya. Akhirnya keteguhan hatikupun terbayarkan. Azizah kembali orgasme.
“Kyaaahhhhhh….. Aaaakkkhhhhhhhh….. Sayangnggghhhh….. dapppetthhhh lagghhiiiihhhh….. kokkkk bisaaaaaaa giniiiiiihhhh sihhhh…..” Azizah menjerit menyambut orgasmenya.
Banyak sekali basah yang ku rasakan merembes di dalam sana. Azizah lalu bangkit melepaskan dekapku dan mencabut senjataku bersamaan dengan squirt yang memancar dari dalam celahnya.
Crusssstttttsssshhhh!!!
“Ooouuuuggghhhhhh….. Maaf kakkkkkshhhh!”
Azizah ambruk di sampingku sementara selimut dan kasur yang kami tempati sudah mulai lembab.
Wah bisa berabe nih kalo makin membanjir.
Ku putuskan untuk meninggalkan tempat pertempuran kami yang pertama.
Aku lalu bangkit dan membopong Azizah untuk menungging di lantai yang berlapis karpet tebal dan lembut.
Azizah yang sudah lemas, pasrah menurut apa mauku. Dia pun menungging memperlihatkan lubang pantat dan celah vagina yang bengkak dan becek. Azizah yang lemas meletakkan kepalanya di karpet, sehingga posisinya lebih seperti orang yang bersujud. Ku arahkan senjata kebanggaanku ke dalamnya. Tanpa banyak rintangan, senjataku menyelinap masuk dengan perlahan.
“Ohhhhh….. Hangatt sayang..” Racauku.
“Shhhhh….. Sayangggghhhhh……. manntttahhaaappphh…..” balas Azizah tetap dalam posisinya.
Pandanganku tanpa sengaja melihat kembali ke arah ponselku. Di layar dynamic amoled nya, AOD sudah menunjukkan pukul 06.20-an.
Wah, ini harus cepat diselesaikan, karena jadwal yang agak padat hari ini. Ku goyangkan senjataku keluar-masuk dalam tempo sedang, dengan pola empat-satu.
“Owwhhhh….. Owwhhhhhh….. Aaaakkkkhhhh……”
Azizah menjerit tertahan menghadapi seranganku. Tangannya mencengkram bulu permukaan karpet. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan mengatur genjotanku sedemikian rupa, tetapi aku tidak peduli.
Kini ku cengkram kedua bongkahan pinggulnya lalu kembali kusodok dia tetapi dengan tempo yang sedikit lebih cepat dengan pola yang biasanya.
“Aohhhh…. Awwhhhh…. kakkkkkk bisa robekkkk memeknya adekkkkk kaloooo kayak gini” Azizah menjerit, lebih tepatnya merintih. “Ahhhh sobekkkkkkk…. ohhh” Tubuhnya terlonjak-lonjak menerima seranganku. Dan kini sudah mulai ku rasakan pangkal pahaku semakin sensitive dan semakin geli. Rupanya orgasmeku telah mendekat. Aku bisa merasakan senjataku agak membesar hingga Azizah menjerit semakin keras dan intens.
“Ampuun ahhh ampuuunnnnn….. ihhhh kok Mauuuhhhh….. Lagiiiii……. sihhhhh”
“Aku jugahh……. dikit lagi nyampeee dekkkshhhhh oh”
“Diii dalemm ajjjaahhhhh Sayangggghhhh….. Oooohhhhhh…… hamili adikk iparrrmu ini ohhh”
Aku menggeram gemas dan orgasmeku semakin mendekat. Ku rebahkan Azizah menelungkup tanpa menghentikan goyanganku. Azizah menurut dan jadilah Azizah menelungkup di bawah tindihanku. Posisi ini membuat celahnya lebih sempit.
“Aaaaakkkkhhhhh…… Sayangggghhhhhh……”
Azizah kejang-kejang. Dia orgasme lagi hingga kejangnya agak mengganggu seranganku, tapi ku coba untuk tidak menghentikan seranganku karena sebentar lagi ku rasakan senjataku akan segera meledak. Dan benar saja, orgasmeku meledak di dalam liang senggamanya.
“Ohhhhhhh….. Azizahhhhh sayaaaaangggshhhh……….”
Ku tembakkan peluruku entah berapa kali di dalam liangnya dan ku peluk ia dari belakang, hingga kemudian aku lemas dan menindihnya.
“Hhooooohhhhhh.” Azizah menghela nafasnya dengan berat.
Ku posisikan tubuh kami berbaring menyamping tanpa melepas peraduan pelaku senggama kami. Azizah kini berbaring miring membelakangiku yang memeluknya. Keringat kami yang bercampur tidak menjadi masalah lagi. Ku rasakan denyutan di dalam sana masih kencang. Untuk beberapa menit kami kembali terdiam hingga nafas kami kembali normal.
“Makasih ya, dek….. Kamu udah bangunin kakak”
“Iya, kakakku sayang…. heheheh,”
“Mandi, yuk? Bisa telat kita meetingnya kalo kelamaan kayak gini”
Dan akhirnya kami benar-benar menyudahi acara pertautan kelamin kami, dan kami hanya mandi bersama dan saling menyabuni satu sama lain bak pasangan pengantin baru yang lagi hot-hotnya. Sempat sih penisku kembali menegang, tapi tak semaksimal sebelumnya, tapi aku tak meminta untuk di tidurkan olehnya.
-BERSAMBUNG-